Saturday 8 March 2014

FUNGSI FILSAFAT ILMU


Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni :
  • Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.
  • Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya.
  • Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia.
  • Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan
  • Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya. Disarikan dari Agraha Suhandi (1989)

Sedangkan Ismaun (2001) mengemukakan fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Selanjutnya dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu: sebagai confirmatory theories yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi dan theory of explanation yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun besar secara sederhana.

FAKTA / KENYATAAN


Fakta atau kenyataan memiliki pengertian yang beragam, bergantung dari sudut pandang filosofis yang melandasinya.
  • Positivistik berpandangan bahwa sesuatu yang nyata bila ada korespondensi antara yang sensual satu dengan sensual lainnya.
  • Fenomenologik memiliki dua arah perkembangan mengenai pengertian kenyataan ini. Pertama, menjurus ke arah teori korespondensi yaitu adanya korespondensi antara ide dengan fenomena. Kedua, menjurus ke arah koherensi moralitas, kesesuaian antara fenomena dengan sistem nilai.
  • Rasionalistik menganggap suatu sebagai nyata, bila ada koherensi antara empirik dengan skema rasional, dan
  • Realisme-metafisik berpendapat bahwa sesuatu yang nyata bila ada koherensi antara empiri dengan obyektif.
  • Pragmatisme memiliki pandangan bahwa yang ada itu yang berfungsi.

Di sisi lain, Lorens Bagus (1996) memberikan penjelasan tentang fakta obyektif dan fakta ilmiah. Fakta obyektif yaitu peristiwa, fenomen atau bagian realitas yang merupakan obyek kegiatan atau pengetahuan praktis manusia. Sedangkan fakta ilmiah merupakan refleksi terhadap fakta obyektif dalam kesadaran manusia. Yang dimaksud refleksi adalah deskripsi fakta obyektif dalam bahasa tertentu. Fakta ilmiah merupakan dasar bagi bangunan teoritis. Tanpa fakta-fakta ini bangunan teoritis itu mustahil. Fakta ilmiah tidak terpisahkan dari bahasa yang diungkapkan dalam istilah-istilah dan kumpulan fakta ilmiah membentuk suatu deskripsi ilmiah.

KEBENARAN


Sesungguhnya, terdapat berbagai teori tentang rumusan kebenaran. Namun secara tradisional, kita mengenal 3 teori kebenaran yaitu koherensi, korespondensi dan pragmatik (Jujun S. Suriasumantri, 1982). Sementara, Michel William mengenalkan 5 teori kebenaran dalam ilmu, yaitu : kebenaran koherensi, kebenaran korespondensi, kebenaran performatif, kebenaran pragmatik dan kebenaran proposisi. Bahkan, Noeng Muhadjir menambahkannya satu teori lagi yaitu kebenaran paradigmatik. (Ismaun; 2001)
a. Kebenaran koherensi
Kebenaran koherensi yaitu adanya kesesuaian atau keharmonisan antara sesuatu yang lain dengan sesuatu yang memiliki hirarki yang lebih tinggi dari sesuatu unsur tersebut, baik berupa skema, sistem, atau pun nilai. Koherensi ini bisa pada tatanan sensual rasional mau pun pada dataran transendental.
b.Kebenaran korespondensi
Berfikir benar korespondensial adalah berfikir tentang terbuktinya sesuatu itu relevan dengan sesuatu lain. Koresponsdensi relevan dibuktikan adanya kejadian sejalan atau berlawanan arah antara fakta dengan fakta yang diharapkan, antara fakta dengan belief yang diyakini, yang sifatnya spesifik
c.Kebenaran performatif
Ketika pemikiran manusia menyatukan segalanya dalam tampilan aktual dan menyatukan apapun yang ada dibaliknya, baik yang praktis yang teoritik, maupun yang filosofik, orang mengetengahkan kebenaran tampilan aktual. Sesuatu benar bila memang dapat diaktualkan dalam tindakan.
d.Kebenaran pragmatik
Yang benar adalah yang konkret, yang individual dan yang spesifik dan memiliki kegunaan praktis.
e.Kebenaran proposisi
Proposisi adalah suatu pernyataan yang berisi banyak konsep kompleks, yang merentang dari yang subyektif individual sampai yang obyektif. Suatu kebenaran dapat diperoleh bila proposisi-proposisinya benar. Dalam logika Aristoteles, proposisi benar adalah bila sesuai dengan persyaratan formal suatu proposisi. Pendapat lain yaitu dari Euclides, bahwa proposisi benar tidak dilihat dari benar formalnya, melainkan dilihat dari benar materialnya.
f.Kebenaran struktural paradigmatik

Sesungguhnya kebenaran struktural paradigmatik ini merupakan perkembangan dari kebenaran korespondensi. Sampai sekarang analisis regresi, analisis faktor, dan analisis statistik lanjut lainnya masih dimaknai pada korespondensi unsur satu dengan lainnya. Padahal semestinya keseluruhan struktural tata hubungan itu yang dimaknai, karena akan mampu memberi eksplanasi atau inferensi yang lebih menyeluruh.

PENDIDIKAN ISLAM DI ERA GLOBALISASI




Diskursus rnengenai kontribusi pendidikan Islam dalam upaya pengembangan sumber daya insani yang purna dan komprehensif serta konrtibusinya dalam upaya pengentasan masalah kemanusiaan pada umumnya, tentulah tidak dapat dilepaskan dan pembicaraan yang objektif mengenai kedudukan dan posisi pendidikan Islam dalam konstelasi dunia pendidikan pada umumnya. Secara konsep pendidikan Islam diyakini memiliki kemampuan untuk mempersiapkan sumber daya insani yang kaffah dan tangguh dalarn setiap perkembangan zaman termasuk dalam menghadapi tantangan zaman dewasa ini yang ditandai dengan derasnya arus globalisasi yang menterpa semua negara dan bangsa di dunia.
Salah satu dampak langsung globalisasi adalah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan bidang ini terus berlangsung bahkan pada abad ke-21 ini telah terjadi loncatan penting. Penemuan dan penciptaan ilmiah muncul silih berganti dan makin kerap, melipat dua setiap lima tahun. Proses globalisasi juga memunculkan perkembangan dalam industri. Perkembangan industri menuntut penemuan dan inovasi-inovasi baru bagi produk industri, kehadiran laboratorium-laboratorium bagi penelitian hasil-hasil temuan teknologi untuk dipasarkan, tuntutan kehadiran para ilmuwan yang mempunyai kemampuan berpikir analitik dan saintifik serta kemampuan riset dari yang sederhana ke yang kompleks. Kemampuan untuk terus berinovasi semacam itu jelas memerlukan jawaban konkret dunia pendidikan.
Selain itu, di era global ini manusia seolah telah menjadi satu komunitas yang saling pengaruh mempengaruhi antara satu sama lain. Karena itu, kehidupan global menuntut penguasaan teknologi informasi yang merupakan faktor penting bagi eksistensi suatu komunitas, bangsa dan bahkan ummat. Adanya berbagai penemuan dalam bidang toknologi informasi dan komunikasi menyebabkan kekuasaan negara dalam arti teritorial menjadi semakin kabur. Teknologi informasi dan komunikasi juga dapat berpengaruh secara luas dalam bidang pendidikan, termasuk pendidikan Islam. Kita saat ini, misalnya, dapat juga memanfaatkan suatu proses pendidikan yang bersifat maya (virtual) yang belum pernah ada sebehmmya. Hal ini membawa implikasi bahwa pendidikan Islam harus mampu mempersiapkan generasi ummat menjadi komunitas yang unggul (khaira ummah) dalam menghadapi kehidupan global yang semakin lama semakin menggantungkan diri pada teknologi informasi dan komunikasi.
 Oleh karena tidaklah salah bila dikatakan bahwa kelangsungan hidup suatu bangsa tanpa kecuali  dihadapkan pada kemampuan interaksinya dengan memanfaatkan teknolgi informasi dan komunikasi tersebut dalam percaturan antarbangsa. Dan itu pulalah sebabnya banyak pandangan yang menyatakan bahwa globalisasi yang melanda masyarakat dunia saat ini selain membuka peluang-peluang (opportunities) yang besar untuk pengembangan potensi juga merupakan tantangan (threats) bagi setiap bangsa untuk bagaimana tetap dapat eksis dan bahkan berkembang di tengah-tengah perubahan yang cepat.
Mencermati perkembangan peradaban manusia sebagaimana dipaparkan di atas, dimana ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan motor penggerak utama anrus globalisasi, maka jika tidak ingin menjadi korban gelombang besar dunia, maka peran yang harus dilakukan sektor pendidikan, khususnya pendidikan Islam adalah menyiapkan para lulusan yang memiliki kemampuan sains dan teknologi yang handal serta dikawal oleh keimanan dan ketaqwaan. Karena era global yang sarat dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, ironisnya, mengabaikan nilai-nilai moral dan agama, yang disebabkan kecenderungan dunia modern ke arah rasionalisme, materialisme, pragmatisme, positivisme yang menyebabkan manusia modern mengalami krisis moral dan spiritual.
Tantangan zaman modern, bagaimanapun menuntut respon yang tepat dari sistem pendidikan Islam secara keseluruhan. Jika suatu masyarakat bangsa atau ummat tidak ingin hanya sekedar survive di tengah persaingan global yang semakin tajam dan ketat tetapi juga berharap mampu tampil di depan, maka reorientasi pemikiran mengenai pendidikan Islam, dan. restrukturisasi sistem dan kelembagaan, jelas merupakan keniscayaan. Cara pandang yang menganaktirikan ilmu pengetahuan dan teknologi tampaknya tidak bisa dipertahankan lagi.
Mencapai semua itu tentu tak semudah mengatakannya. Hal ini disebabkan karena posisi pendidikan Islam kita secara real saat ini masih menunjukkan adanya berbagai kelemahan yang karenanya pula membuat dunia Islam belumlah mampu menyejajarkan diri apalagi unggul dalam percaturan modern global. Agaknya kita tak perlu menutup bahwa problem besar yang dihadapi dunia Islam adalah masalah mutu pendidikan. Dalam kaitan ini agaknya kita harus dapat menerima kenyataan bahwa berdasarkan berbagai laporan jurnal internasional mengenai mutu pendidikan tidak satupun negara Islam masuk dalam ranking papan atas, dan bahkan sebagian besarnya berada pada urutan papan bawah, Dan terkait dengan itu pula indeks mutu sumber daya manusia (Human Development Indeks) serta negara-negara Islam juga berada pada peringkat yang belum membanggakan. Walaupun demikian sehagai ummat yang memiliki potensi besar, dunia Islam optimis akan dapat mencapai cita-cita besar.
Kita melihat bahwa untuk mampu berkompetisi dalam percaturan global, dunia Islam sudah barang tentu. tidak boleh lagi mengabaikan upaya serius bagi pembenahan secara sistematis dan substantive dalam berbagai aspek yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan sektor pendidikan. Dan pembenahan itu agaknya tidak lagi dapat ditunda-tunda dan bahkan harus dilakukan secara akse dan terukur yang kesemuanya itu diorientasikan pada peningkatan pencapaian mutu kompetitif para lulusan lembaga-lembaga pendidikan Islam pada semua tingkat dan jenjang.
Upaya pembenahan sebagaimana disebutkan diatas diakui bukanlah sesuatu yang mudah tapi cukup berat kalau tidak mau dikatakan sangat berat mengingat kondisi real yang dihadapi dan yang dialami oleh dunia pendidikan khusunya pendidikan Islam sebagainiana yang digambarkan di atas. Kondisi tersebut masih diperparah pula oleh aspek diluar pendidikan Islam tetapi memiliki keterkaitan yang erat dengan pendidikan Islam. Katakanlah diantaranya adalah aspek ekonorni, sosial budaya dan politik yang pada umumnya belum dapat menunjang dan berpihak kepada penguatan pendidikan Islam pada berbagai belahan dunia Islam. Oleh karena itu agaknya ada benarnya pandangan yang menyatakan bahwa bila pendidikan Islam ingin masuk dalam kancah persaingan global maka upaya peningkatan kapasitas dan standar mutu merupakan keniscayaan. Dan hal ini sudah barang tentu akan melibatkan upaya pembenahan dan bahkan perombakan yang intensif dan substantive terhadap semua komponen yang terkait dalam sistem pendidikan. Hal ini sudah jelas akan mendorong pelaku pendidikan Islam untuk tahap yang paling awal melakukan semacarn “pembedahan” yang komprehensif terhadap semua aspek yang berkaitan denga penyelenggraan pendidikan.
Untuk menyebutkan sebagian tanpa mengecilkan aspek lainnya duna pendidikan Islam perlu memberikan perhatian pada aspek-aspek mulai dari reorientasi konsep, restrukturisasi sistem dan kelembagaan, sampai pada rekonseptualisasi epistemologi ilmu pengetahuan yang berdampak pada perubahan dan pengembangan kurikulum, penguatan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan, kepemimpinan dan manajemen pendidikan serta aspek-aspek lainnya yang bersifat teknis dan operasional.

PERANAN PEMUDA DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM




Setelah diuraikan sejauh mana pentingnya pengembangan pendidikan Islam dengan menyoroti keberadaan pendidikan Islam dalam koteks pembentukan manusia seutuhnya. Demikian pula usaha yag dapat dilakukan dalam rangka pengembangan pendidikan Islam tersebut, yang tentunya menjadi tanggung jawab kita semua, termasuk para pemuda dan pelajar.
Maka dalam bagian ini akan diuraikan sejauh mana keterlibatan pemuda maupun pelajar dalam usaha pengembangan pendidikan Islam. Dengan kata lain aktivitas apa yang tidak dilaksanakan oleh para pemuda maupun pelajar islam yang berorientasi pada pengembangan pendidikan Islam.
Pemuda dan pelajar sebagai kelompok atau bahagian yang tak terpisahkan dalam sistem kemasyarakatan. Masalah- masalah apa saja yang dihadapi oleh masyarakat di mana pemuda dan pelajar itu hidup (berada), menjadi masalah pemua dan pelajar itu juga, dalam hal ini pemuda dan peljar harus ikut bertanggung jawab untuk memecahkan persoalan yang dihadapkan oleh masyarakatnya.
Dalam mengamati partisipasi atau keikut sertaan pemuda dan pelajar dalam era pembangunan dewasa ini sudah tidak dapat disangsikan lagi diberbagai sektor pembangunan baik dalam wujud material maupun di bidang spiritual sudah terjangkau oleh tangan-tangan remaja.
Partisipasi aktif pemuda dan pelajar dalam berbagai kehidupan pada hakekatnya merupakan tuntutan dari perkembangan pemuda dan pelajar itu sendiri, seperti diketahui bahwa proses pemuda dan pelajar itu berkembang dengan adanya dan muncul perkembangan pada pertumbuhan jiwa sosial dan keagamaan serta rasa solidaritas yang tinggi.
Dalam hal ini Dr. Zakiah Darajat mengungkapkan :

Perhatian dan minat pemuda dan pelajar terhadap kepentingan masyarakat sangat besar. Kesusahan dan penderitaan orang dalam masyarakat akan menyebabkan mereka merasa terpanggil untuk membantu atau memikirkannya.[1]
Pertumbuhan jiwa sosial itulah yang menyebabkan pemuda dan pelajar senantiasa mendapatkan status yang pasti dalam masyarakatnya. Pemuda dan pelajar berusaha membawakan peranan-peranan sosial dan keagamaan dalam masyarakatnya.
Untuk mengetahui sejauh mana keterlibatan partisipasi aktif pemuda dan pelajar di dalam menunjang kesuksesan pembangunan di bidang mental spritual, khususnya dalam pengembangan pendidikan Islam, maka penulis akan menggunakan data-data secara terurai terhadap bidang usaha yang diperogramkannya, data-data ini penulis angkat dari penagamatan langsung maupun melalui wawancara dengan dengan berbagai informan yang ada di kab. Bone.
Usaha–uasaha yang diprogramkan dalam hal pengembangan pendidikan Islam adalah sebagai berikut :
1.  Di lingkungan sekolah (pendidikan formal)
Dari pengamatan penulis dapat mengetahui diantara pendidik dalam bidang studi Agama Islam mayoritas dari kalangan Pemuda dan pelajar itu sendiri, baik yang diangkat berdasarkan surat Keputusan, maupun yang semata-mata ingin mengabdikan diri dalam rangka usaha pengembangan pendidikan Islam. Pendidik dan guru yang rata dari kalangan pemuda dan pelajar umumnya diambil dari tammatan ssekolah-sekolah Islam.
2.  Di lingkungan masyarakat (pendidikan non formal).
Aktifitas pemuda dan pelajar dalam hal pengembangan pendidikan Islam di lingkungan masyarakat antara lain adalah :
a.      Mendirikan wadah pada beberapa masjid yang dikenal dengan istilah "Remaja Masjid", wadah remaja ini mempunyai kegiatan di bidang sosial dan keagamaan. Diantara kegiatan yang dilakukan oleg remaja masjid adalah:
1.      Mengadakan latihan dan praktek keagamaan, seperti praktek wudhu', tayammum dan shalat.
2.      Mengadakan latihan dasar-dasar kepemimpinan dalam Islam.
3.      Mengadakan ceramah-ceramah keagamaan, terutamadalam bulan suci Ramdahan.
4.      Menghafal ayat-ayat suci al-Qur'an.
5.      Mengadakan bimbingan bahasa arab.
b.      Pembentukan kelompok-kelompok pengajian yang disponsori oleh pemuda dan pelajar.
Kegiatan-kegiatan yang menonjol terutama mengadakan ceramah da'wah Islamiyah dengan mengundang da'i yang terkenal atau yang berbobot.
c.       Pembentukan wadah kepramukaan.
d.     Pembentukan karan taruna yang sasaran utamanya aksara Arab.
3.  Di lingkungan keluarga (pendidikan in formal).
Di lingkungan keluarga juga pemuda dan pelajar jugsa berperan dalam pengembangan pendidikan Islam. Pemuda dan pelajar mengajar adik-adiknya membaca al-Qur'an disamping memberikan dasar-dasar agama secara praktis. Bahkan ada dikalangan pemuda dan pelajar mengambil inisiatif membuka pengajian dasar al-Qur'an di rumahnya. Keseumuanya itu tentunya mempunyai dampak positif bagi usaha pengembanagn pendidikan Islam.
Demikianlah pemaparan beberapa fakta-fakta yang menunjukkan keterlibatan kalangan pemuda dan pelajar dalam hal pengembangan pendidikan Islam. dari data yang penulis dapatkan kemudian kemukakan terlihat bahwa keterlibatan pemuda dan pelajar dalam usaha pengembangan pendidikan Islam, telah meliputi lingkungan in formal, formal dan non formal. Hal ini menunjukkan kebutuhan kita dan urgensi dari eksistensi peranan pemuda dan pelajar dalam hal konteks pengembangan pendidikan Islam.


[1] Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Cet.IV; Jakarta; Bulan Bintang, 1976),h.148