TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
Pada hakekatnya setiap usaha yang dilakukan mempunyai tujuan atau sasaran
yang hendak dicapai. Demikian pula halnya dengan pendidikan sebagai suatu usaha dan proses ke
arah pembinaan dan pencerdasan, tidak terlepas dari tujuan dan saran yang akan
dicapai. Dalam artian bahwa tujuan pendidikan bukanlah merupakan sesuatu hal
yang tetap (konstan) dan statis, akan tetapi ia merupakan suatu proses yang
senantiasa dinamis ke arah pembinaan keseluruhan dari kepribadian seseorang dan
berkenaan dengan aspek kehidupan.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan tujuan adalah sasaran yang hendak
dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melakukan sesuatu kegiatan.
Oleh karena itu, tujuan pendidikan Islam adalah sasaran atau idealita yang
hendak dicapai dalam melaksanakan suatu kegiatan pendidikan. Dalam hal ini,
pendidikan Islam bertujuan untuk mencapai sasaran sesuai dengan tujuan ajaran
Islam dalam menata kehidupan individu maupun kelompok atau kemasyarakatan.
Dalam mencapai tujuan atau sasaran yang akan dicapai dilakukan melalui suatu
proses yang terencana dan sistematis.
Itu artinya bahwa semua kegiatan pada dasarnya tidak ada yang hampa
tujuan.
Sekaitan dengan hal tersebut, Ahmad D. Marimba mengidentifikasi fungsi
tujuan dalam suatu kegiatan yang dilakukan kepada empat macam, yaitu sebagai
berikut:
1.
Mengakhiri
usaha.
2.
Mengarahkan
usaha.
3.
Tujuan merupakan titik pangkal untuk
tujuan-tujuan lain, baik merupakan tujuan-tujuan baru maupun tujuan-tujuan
lanjutan dari tujuan pertama.
Dengan demikian, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa tujuan atau saran
yang hendak dicapai dalam suatu kegiatan merupakan faktor yang sangat urgen dan
menentukan keberhasilan atau kesuksesan kegiatan yang dilaksanakan. Dikatakan
demikian karena tanpa adanya antisipasi (pandangan kedepan) kepada tujuan,
penyelewengan akan banyak terjadi, demikian pula kegiatan-kegiatan yang tidak
efesien. Itu artinya bahwa kegiatan atau usaha yang mempunyai tujuan luhur,
lebih mulia dari pada usaha yang tidak mempunyai tujuan.
Jika dilihat kembali
pengertian pendidikan Islam akan tampak bahwa sesuatu yang menjadi tujuan dan
diharapkan terwujud setelah mengalami proses secara keseluruhan adalah
terciptanya kepribadian seseorang yang dapat membuatnya menjadi ”insan kamil”
dengan pola takwa.[2] Insan kamil artinya manusia utuh
jasmani dan rohani, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena
takwanya kepada Allah swt. Ini mengandung arti bahwa pada dasarnya pendidikan
Islam bertujuan menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakat
serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam
berhubungan dengan Allah dan sesama manusia. Pada gilirannya dapat mengambil
mamfaat yang semakin meningkat dari alam semesta ini demi kepentingan hidup di
dunia dan di akhirat nanti.
Tujuan ini kelihatannya sukar dicapai, akan tetapi dengan kerja keras
dilakukan secara berencana dengan kerangka-kerangka yang konsepsional mendasari
pencapain tujuan bukanlah suatu yang mustahil. Dikatakan demikian karena
sesukar apapun dan sesulit apapun suatu gagasan atau kegiatan, jika dihadapi
dengan suatu sistem yang strategik, maka itu merupakan suatu keniscayaan. Artinya sistem dan strategi yang baik dapat mengantarkan kepada kesuksesan.
Dalam kaitannya dengan
hal tersebut, maka tujuan pendidikan Islam secara garis besarnya dapat
diklasifikasikan kepada empat bagian:
1.
Tujuan Umum
Tujuan
umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik
dengan cara pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan itu meliputi seluruh aspek
kemanusiaan sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan
umum ini berbeda pada setiap tingkat umur, kecerdasan, situasi dan kondisi
dengan kerangka yang sama. Bentuk insan kamil dengan pola takwa harus tergambar
pada pribadi seseoarang yang sudah dididik walaupun dengan ukuran yang kecil
dan mutu yann rendah sesuai dengan tingkat tersebut.[3]
Cara
atau alat yang paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan
adalah pengajaran. Karena itu pengajaran sering diidentikkan dengan pendidikan,
meskipun kalau istilah ini tidak sama. Pengajaran ialah poros membuat jadi
tahu, mengerti, menguasai, ahli tetapi belum tentu menghayatinya. Sedangkan
pendidikan ialah membuat orang menjadi terdidik mempribadi menjadi adat
kebiasaan. Maka pengajaran agama mencapai tujuan pendidikan Islam.
Tujuan
umum pendidikan Islam harus dikaitkan pula dengan pendidikan nasioanl negara.
Dalam arti pendidikan Islam itu dilaksanakan dan harus dikaitkan pula dengan
tujuan institusional lembaga yang menyelenggarakan pendidikan. Tujuan umum
tidak dapat dicapai kecuali melalui proses pengajaran, pengalaman, pembiasaan,
penghayatan dan keyakinan akan kebenarannya. Tahapan dalam mencapai tujuan pada
pendidkan formal (sekolah madrasah) dirumuskan dalam bentuk tujuan kurikuler
yang selanjutnya dikembangkan dalam tujuan instruksional.
2.
Tujuan Akhir.
Pendidikan
Islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu
hidup di dunia telah berakhir pula. Adapun tujuan akhir pendidikan Islam
terwujudnya kepribadian muslim, sedangkan kepribadian di sini adalah
kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya merealisasikan atau menceminkan ajaran
Islam.
Menurut Ahamad D. Marimba aspek-aspek kepribadian dapat
digolongakan dalam tiga hal yaitu:
1. Aspek-aspek kejasmaian; meliputi tingkah laku luar yang muda nampak dan
ketahuan dari luar, misalnya: cara-cara berbuat, cara-cara berbicaradan
sebagainya.
2. Aspek-aspek kejiwaan; meliputi aspek-aspek tidak segera dapt dilihat dan
ketahan dari luar, miasalnya: cara-cara berpikir sikap (berupa pendirian atau
pandangan seseorang dalam menghadapi suatu hal0dan minat.
3. Aspek-aspek kerohanian yang luhur;
meliputi aspe-aspek kejiwaan yang lebih abstrak yaitu filsafat hidup dan
kepercayaan ini meliputi sitem
nilai-nilai yang telah meresap dalam kepribadian itu, yang telah menjadi bagian
dan mendarah daging dalam kepribadian itu yang mengarah dan memberi corak
seluruh kepribadian individu itu. Bagi orang yang beragama, aspek-aspek inilah
yang menuntunnya ke arah kebahagiaan bukan saja di dunia tetapi juga di akhirat
dan aspek-aspek inilah yang pada gilirannya memberikan kualitas kepribadian keseluruhannya.[4]
Ringkasan yang dimaksud dengan kepribadian muslim ialah
kepribadian yang seluruh aspeknya yakni baik tingkah laku luarnya,
kegitan-kegiatan jiwanya, maupun filsafat hidup dan kepercayaannya menunjukkan
pengabdian kepada Tuhan dan penyerahan diri kepadanya. Kendatipun demikian,
tujuan akhir pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup seorang muslim.
Dalam artian bahwa pendidikan Islam itu sendirti hanyalah suatu sarana
mewujudkan tujuan hidup manusia sebagaimana difirmankan Allah dalam QS.
al-Dzariyat : 56 sebagai berikut:
وما
خلقت الجن والانس الا ليعبدون
3.
Tujuan Sementara
Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai
setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam
suatu kurikulum pendidikan formal. Pada tujuan sementara bentuk insan kamil
dengan pola taqwa sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana,
sekurang-kurangnya beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada pribadi anak didik.
Tujuan pendidikan Islam seolah-olah merupakan suatu lingkaran yang pada tingkat
paling rendah mungkin merupakan suatu lingkaran kecil, semakin tinggi tngkatan
pendidikannya lingkaran tersebut semakin besar pula. Akan tetapi sejak dari
tujuan pendidikan tingkat permulaan bentuk lingkarannya sudah harus kelihatan.
Dengan demikian, bentuk lingkaran inilah yang menggambarkan insan kamil
itu. Dari sinilah barangkali perbedaan mendasar bentuk tujuan
pendidikan Islam dibandingkan dengan pendidikan lainnya.[6]
Dengan demikian,
sasaran sementara yang harus dicapai oleh umat Islam yang melaksanakan
pendidikan adalah tercapainya berbagai kemampuan jasmani dan rohaninya. Olehnya
itu sejak tingkat Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar gambaran insan kamil
hendaknya sudah kelihatan. Dengan kata lain bentuk insan kamil dengan melalui
pola takwa itu hendaknya tercermin dalam semua tingkat pendidikan Islam Karena
itu, setiap lembaga pendidikan Islam sesuai dengan tingkat jenis pendidikannya.
4.
Tujuan Operasional
Tujuan
operasional dijelaskan bahwa tujuan peraktis yang akan dicapai dengan sejumlah
kegiatan pendidkan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan
yang sudah dipersiapakan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu disebut
tujuan operasional. Dalam pendidikan formal, tujuan operasional disebut juga
tujuan intruksioanal dan selanjutnya dikembangakan menjadi tujuan instruksiona
umum dan tujuan instruksional khusus (TIU dan TIK). Tujuan instruksional ini
merupakan tujuan pengajaran yang direncanakan oleh unit-unit kegiatan
pengajaran.[7]
Dalam tujuan operasional ini banyak dituntut dari anak
didik suatu kemampuan dan keterampilan tertentu. Sifat operasionalnya lebih
ditonjolkan dari sifat penghayatan dan kepribadian. Untuk tingkat yang paling
rendah, sifat yang berisi kemampuan dan keterampilan ditonjolkan, misalnya ia
dapat berbuat terampil melakukan, lancar mengucapkan,mengerti, memahami,
menyakini dan menghayati. Dalam pendidkan terutama berkaitan dengan kehiatan
lahirnya, seperti bacaan dan kifayat, salat, ahlak dan tingkah laku. Kemampun
dan keterampilan yang dituntut pada anak didik, merupapakan bagian kemampuan
dan keterampilan insan kamil dalam ukuran anak, yang menuju kepada
bentuk insan kamil yang semakin sempurna dan meningkat. Anak sudah bisa
melakuakan ibadah, meskipun ia belum memahami dan menghayati ibadah itu.
[1] Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Cet.
I; Bandung : al-Ma’arif, 1980), h. 45-46; lihat pula, Nur Uhbiyati, Op.cit.,
h. 29
0 komentar :
Post a Comment