PENGEMBANGAN PERILAKU MORAL ANAK MELALUI CERITA GAMBAR SERI
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan berfikir anak usia Taman Kanak-kanak atau pra sekolah sangat
pesat. Perkembangan intelektual anak yang sangat pesat terjadi pada kurung usia
nol sampai usia pra sekolah. Masa usia Taman Kanak-kanak dapat disebut masa
peka dalam belajar. Dalam masa-masa ini segala
potensi kemampuan dan perilaku
anak dapat di kembangkan secara optimal, tentunya dengan bantuan dari
orang-orang yang berada disekitar anak. Salah satu cara yang digunakan dalam
mengembangkan kemampuan dan perilaku anak adalah bercerita dengan menggunakan
gambar seri.
Cerita bergambar seri adalah suatu kegiatan dalam menyampaikan suatu
informasi dengan menggunakan beberapa gambar, dimana gambar-gambar yang
digunakan memiliki keterkaitan cerita antara gambar yang satu dengan gambar
yang lainnya. Bercerita kepada anak memainkan peranan penting bukan saja
didalam mengembangkan bahasa anak tapi juga dalam pembentukan perilakunya. Melalui cerita gambar seri guru dapat
mengembangkan perilaku moral anak. Namun harus di ingat bahwa dalam penyampaiannya
tentu saja harus sesuai dengan tahapan berfikir anak. Dengan menggunakan bahasa
yang dapat dipahami dan mengandung pesan moral yang bisa dicerna oleh konsep
berfikirnya sekaligus dapat ditiru oleh anak. Konsep cerita bergambar seri
dapat diambil dari kejadian-kejadian yang dialami oleh anak dalam kehidupan
sehari-harinya.
Memilih cerita untuk anak harus dengan
hati-hati karena banyak cerita yang telah tersedia di toko-toko tidak sesuai
dengan pembentukan perilaku moral anak sebagaimana pesan Majid dalam bukunya (
2002 : 16 ) “ sebagian dari cerita-cerita yang ada, meliputi beberapa unsur
negatif. Hal ini dikarenakan pembawaan cerita tersebut tidak mengindahkan nilai
estetika dan norma’’. Hal ini harus diwaspadai karena akan berdampak buruk pada
anak didik di taman kanak-kanak, karena semua informasi dan peristiwa yang
tercakup dalam sebuah cerita akan berdampak sekali dalam pembentukan akal dan
moral seorang anak, baik dari segi budaya, imajinasi maupun bahasa
kesehariannya. Hal ini sangat didukung oleh teori pendidikan yaitu emperisme /
tabularasa bahwa manusia lahir bagai kertas putih tergantung lingkungan yang
akan membentuknya. Sebagaimana yang kita lihat sekarang anak mulai mengalami
krisis moral akibat pembentukan jaman modernisasi, anak-anak mulai kurang
memperhatikan etika dan norma yang ada, anak-anak sering berperilaku diluar
batas kewajaran layaknya anak-anak, mereka berperilaku layaknya orang dewasa.
Anak kurang menghargai orang yang lebih tua darinya dan bila emosi kadang
kata-katanya tidak terkontrol serta kurang memiliki kesadaran. Jika hal
tersebut dibiarkan berlarut-larut bagaimana nasib bangsa kita dimasa mendatang
karena sebagaimana kita ketahui bersama kejayaan suatu bangsa terletak di
tangan generasi mudanya. Dengan
demikian taman kanak-kanak sebagai lembaga pendidikan formal yang pertama
dimasuki oleh seorang anak tidak boleh mengenyampingkan sisi pendidikan yang harus diserap oleh seorang anak berupa
tata nilai yang mengandung estetika dan norma. Seorang pendidik terutama di
taman kanak-kanak harus dapat berusaha semaksimal mungkin untuk dapat
menciptakan situasi pembelajaran yang dapat mengembangkan seluruh potensi anak
termasuk pengembangan perilaku moral.
Menurut Piaget ( Dhieni, 2006 ) “sejak lahir
hingga dewasa, pikiran anak berkembang melalui jenjang-jenjang berperiode
sesuai dengan tingkatan kematangan anak itu secara keseluruhan dengan
interaksi-interaksi dengan lingkungannya”. Dengan adanya pendapat tersebut
diharapkan di taman kanak-kanak terjadi interaksi antara guru dengan anak
didik. Dimana guru melalui penerapan cerita gambar seri diharapkan dapat
mengembangkan perilaku moral anak didiknya.
B. Rumusan
Masalah.
Berdasarkan latar belakang
masalah diatas maka fokus masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana
Pengembangan Perilaku Moral Anak melalui Cerita Gambar Seri di Taman Kanak-kanak ?
C. Tujuan Penulisan.
Adapun tujuan yang hendak dicapai adalah untuk mengetahui Pengembangan
Perilaku Moral Anak melalui Cerita Gambar Seri di Taman Kanak-kanak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gambaran Perkembangan Perilaku Moral
Anak di Taman Kanak-kanak.
1. Perkembangan Perilaku Moral Anak di Taman Kanak-kanak.
Seiring dengan perkembangan
kognitif yang terjadi pada anak usia Taman Kanak-kanak, antara lain terlihat
dari perkembangan bahasanya, anak usia
tersebut diharapkan mulai memahami aturan dan norma yang dikenalkan oleh guru
melalui penjelasan-penjelasan yang sederhana. Guru mulai mengenalkan,
mengajarkan dan membentuk sikap dan perilaku anak mulai dari sikap dan cara
menghadapi orang lain, cara berpakaian dan berpenampilan, cara dan kebiasaan makan,
dan cara berperilaku sesuai dengan aturan yang dibentuk dalam suatu lingkungan
atau situasi tertentu.
Moralitas moral anak taman
kanak-kanak dan perkembangannya dalam tatanan kehidupan dunia mereka dapat
diuraikan dalam Satibi ( 2008:1.8-1.23 ) adalah sebagai berikut :
a. Sikap dan cara
berhubungan dengan orang lain ( sosialisasi ).
Hal ini menyangkut perilaku
anak mulai dari cara bersikap dan cara menghadapi orang lain. Misalnya memberi
dan menjawab salam, bersikap sopan, berbicara dengan sopan santun sehingga
terjalin komunikasi yang baik.
b. Cara berpakaian dan berpenampilan.
Guru taman kanak-kanak perlu
menjelaskan bahwa penampilan dan cara berpakaian seseorang dapat memberi kesan
tentang perilaku moral seseorang. anak harus tahu dimana dan pada situasi apa
ia boleh menggunakan baju tidur, baju renang, baju sekolah. Selain itu, cara
bersolek, bersikap dan berpenampilan yang bagaimana yang dianggap pantas dengan
situasi dan pantas dihadapinya.
c. Sikap dan Kebiasaan Makan.
Sikap dan
kebiasaan makan seharusnya diajarkan kepada anak sejak dini, kebiasaan makan
mulai diajarkan seiring dengan perkembangannya. Misalnya anak makan pakai
tangan kanan, mengambil makanan dengan sendok dan mengambil yang terdekat, anak
harus menghabiskan makanannya serta memberi kesempatan yang lebih tua untuk
mengambil makanan lebih dahulu, berdoa sebelum dan sesudah makan sebagai
perwujudan rasa syukur atas makanan yang diberikan oleh Allah serta membagi
makanan dengan teman.
d. Sikap dan Perilaku Anak yang Memperlancar Hubungannya dengan Orang
lain.
Bagian pembahasan ini berkaitan
dengan cara berhubungan dengan orang lain, tetapi lebih dikhususkan pada
hubungan tidak langsung, namun membawa dampak pada kelancaran hubungan dengan
orang lain. Misalnya anak diajari mencintai sesama, antri menunggu giliran,
menghormati orang lain, menjaga sarana umum dan lain sebagainya.
Ada beberapa teori yang menyangkut
perkembangan moral anak ( Gunarti,
2008 : 23) diantaranya adalah :
1). Menurut John Dewey.
Perkembangan moral seseorang melewati tiga
fase yaitu :
a) Fase pre moral atau
pre conventional, pada fase ini sikap dan perilaku manusia banyak dilandasi
oleh impuls biologis dan sosial.
b) Tingkat konvensional,
pada tahap ini perkembangan moral manusia banyak didasari oleh sikap kritis kelompoknya.
c) Autonomous, pada tahap ini perkembangan moral manusia banyak
dilandaskan pada pola pikirannya sendiri.
Apresiasi terhadap teori diatas adalah pada dasarnya manusia memiliki
kesamaan pola perkembangan moral, anak taman kanak-kanak secara teoritis berada
pada fase pertama dan kedua.
2). Menurut Piaget.
Perkembangan
moral seorang manusia melalui dua tahapan yaitu :
a) Tahapan heteronomous, pada tahap ini kehidupan saat awal
belum memiliki pendirian kuat dalam menentukan sikap dan perilaku, anak akan
memilih dan menentukan sesuatu dengan pertimbangan yang menguntungkan dirinya
sendiri tidak peduli dengan ungkapan atau pilihan sikap orang lain dan Tahapan
ini merupakan tahapan yang seharusnya dipehatikan oleh seorang guru taman
kanak-kanak karena pada fase ini anak masih sangat labil, mudah terbawa arus,
mudah terpengaruh dan dalam rangka pendidikan moral mereka perlu bimbingan
terus menerus.
b) Tahapan Autonomous, moralitas anak mulai terbentuk dari
proses pembelajaran dalam kehidupannya yang memungkinkan dirinya banyak
menggunakan pertimbangan akal sehat, pengetahuan dan pengalaman hidupnya.
3). Menurut Kohlberg. Definisi tahapan perkembangan moral adalah
:
Tingkat a.
Prakonvensional.
Tahap 1 : The
Punishment and obedience orientation
Konsikuensi yang bersifat fisik dari tingkah laku menentukan suatu
kebaikan atau keburukan. Cara untuk
menghindari hukuman tergantung atas penilaian anak sendiri.
Tahap 2 : The
Instrumental-Relativist Orientation
Perilaku yang benar dan baik
adalah perilaku yang memuaskan kebutuhan seseorang dan kadang-kadang memuaskan
kebutuhan orang lain juga.
Tingkat b. Konvensional.
Tahap 3 : The
Interpersonal Concordance or “Good Boy-Nice Girl” Orientation.
Perilaku yang baik adalah perilaku yang
menyenangkan atau menolong orang lain dan diterima oleh mereka. Tingkah laku
seringkali dinilai berdasarkan niatnya maksudnya kan baik menjadi penting untuk pertama kali.
Seorang mencari kebenaran dengan cara bertingkah laku manis.
Tahap 4 : Author ity and
Social Order main-taining orientation.
Ini adalah orientasi berdasarkan otoritas, aturan pasti, dan pemeliharaan
atas aturan sosial. Perilaku yang benar terdiri atas tugas yang telah
dilaksanakan, menunjukkan rasa hormat pada otoritas dan mempertahankan aturan
sosial.
Tingkat c. Post Konvensional.
Tahap 5 : The
Social-contract legalistic orientation.
Perilaku yang
benar cenderung di devenisikan sebagai hak umum dan hukum individu, yang sudah
diuji dan disetujui oleh masyarakat.
Tahap 6 : The universal ethical
principle orientation.
Perilaku yang benar di devenisikan sebagai sebuah keputusan hati nurani
berdasarkan prinsip etik diri yang dipilih. Prinsip-prinsip ini bersifat abstrak dan etik tidak lagi bersifat konkrit
seperti aturan moral.
2. Pengertian Perilaku Moral.
Defenisi perilaku moral menurut Gunarti ( 2008 : 1.3 ) adalah cerminan
kepribadian seseorang yang tampak dalam perbuatan dan interakasi terhadap orang
lain dalam lingkungan sekitar.
Dalam pembentukan
kepribadiannya, anak usia taman kanak-kanak bersifat imitatif atau peniru, apa
yang ia lihat, rasakan dari lingkungannya akan diikutinya karena ia belum
mengetahui batasan benar dan salah, baik dan buruk serta pantas dan tidak
pantas. Anak masih belajar coba – ralat perilaku yang dapat diterima oleh
lingkunganya. Oleh karena itu masa usia taman kanak-kanak adalah masa yang peka
untuk menerima pengaruh dari lingkungannya. Hal ini merupakan kesempatan bagi
guru untuk memberikan pengaruh edukatif seluas-luasnya kepada anak agar
membantu pengembangan perilaku anak yang positif. Selanjutnya kita akan melihat
defenisi dari moral itu sendiri.
Moral menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia ( 2001 ; 754 ) adalah ajaran tentang perbuatan, sikap,
kewajiban, akhlak, budi pekerti, susila.Sedangkan menurut Amin ( 2005 ; 63
) bahwa moral adalah kelakuan atau
muamalah.
Menurut Darajat ( 1997 ; 117 )
mengemukakan tentang definisi moral yaitu kelakuan yang sesuai dengan
ukuran-ukuran masyarakat, yang timbul dari hati sendiri (bukan paksaan dari
luar). Menurut Daroeso ( 1986 ; 23
) moral adalah sebagai keseluruhan norma
yang mengatur tingkah laku manusia di masyarakat.
Menurut Sugeng ( 2003 ; 88 ) moral merupakan serangkaian
nilai-nilai yang didalamnya memuat kaidah dan norma. selanjutnya Haricahyono (
1995 ; 221 ) Menyatakan bahwa moral adalah kesesuaian dengan ukuran baik
buruknya sesuatu tinkah laku atau karakter yan telah diterima oleh sesuatu
masyarakat termasuk didalamnya berbagai tingkah laku spesifik, seperti misalnya
tingkah laku seksual.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat
disimpulkan bahwa moral adalah keseluruhan norma yang mengatur tingkah laku
manusia di masyarakat untuk melaksanakan perbuatan baik dan benar, tapi perlu
diingat bahwa baik dan benar menurut seseorang itu tidak pasti baik dan benar
bagi orang lain, karena itulah diperlukan adanya prinsip-prinsip kesusilaan
atau moral yang dapat berlaku umum yang telah diakui kebaikan dan kebenarannya
oleh semua orang. dengan kata lain perilaku moral merupakan perilaku yang
sesuai norma dan nilai moral yang berkaitan dengan tatacara, kebiasaan dan adat
yang berlaku di masyarakat.
3. Tujuan Pengembangan Moral
Adler ( 1974-1.29 ) dalam satibi ada beberapa
hal seharusnya dimiliki oleh manusia dalam rangka pembentukan kepribadian,
diantaranya adalah dapat beradaptasi pada berbagai situasi dalam relasinya
dengan orang lain dan dalam hubungannya dengan berbagai kultur, selalu dapat
memahami sesuatu yang berbeda dan menyadari bahwa dirinya memiliki dasar pada
identitas kulturnya serta mampu menjaga batas yang tidak kaku pada dirinya,
bertanggung jawab terhadap bentuk batasan yang dipilihnya sesaat dan terbuka
pada perubahan.
Puncak yang diharapkan dari tujuan
pengembangan moral anak taman kanak-kanak adalah adanya keterampilan efektif
anak itu sendiri, yaitu keterampilan utama untuk merespon orang lain dan
pengalaman-pengalaman barunya serta memunculkan perbedaan-perbedaan dalam
kehidupan teman sekitarnya.
B.
Cerita Gambar Seri.
1. Pengertian Cerita Gambar Seri.
Bercerita didevinisikan oleh Gunarti dkk (2008:27) adalah suatu kegiatan
yang dilakukan seseorang untuk menyampaikan sesuatu pesan , informasi atau sebuah dongeng belaka yang bisa dilakukan
secara lisan atau tertulis.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia ( 2001 ) cerita adalah :
a.
Tuntutan yang membentangkan
bagaimana terjadinya suatu hal peristiwa, kejadian dan sebagainya.
b. Karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman atau penderitaan
orang, kejadian dan sebagainya.
c.
Lakon yang
di wujudkan atau
di pertunjukkan dalam
gambar hidup ( sandiwara, wayang dan sebagainya ).
d. Omong kosong,
dongengan ( yang tidak benar ) omongan.
Menurut Dhieni dkk ( 2006 :
45) bercerita adalah : “Suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan
kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus di
sampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk
didengarkan dengan rasa menyenangkan, oleh karena orang yang menyajikan cerita
tersebut menyampaikannya dengan menarik”
Sedangkan menurut Bacri S (2005:17) bercerita
adalah :“Menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu
kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan
pengetahuan kepada orang laiSelanjutnya Bergambar menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia ( 2001 ) adalah dihiasi dengan
gambar , ada gambarnya.
Selengkapnya cerita bergambar seri menurut
Gunarti dkk ( 2008:21 ) adalah suatu
kegiatan dalam menyampaikan suatu informasi dengan menggunakan gambar sebagai
media dimana gambar-gambar yang digunakan memiliki keterkaitan cerita antara
gambar yang satu dengan gambar yang lainnya.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat di
simpulkan bahwa cerita bergambar seri adalah karangan yang berisi gambar yang
menuturkan perbuatan, pengalaman, penderitaan atau kejadian lainnya yang
berhubungan dengan seseorang dimana gambar satu saling berkaitang dengan gambar
selanjutnya.
2. Jenis-jenis cerita bergambar
Menurut Breitenbach (1981:48)
cerita bergambar terdiri atas tiga yaitu :
a. Cerita bergambar yang
mengandalkan gambar, dimana teks hanya berfungsi sebagai penjelasan gambar.
b. Cerita bergambar
dimana ilustrasinya dibuat khusus untuk menampilkan teks. Ini berarti teks
dibuat terlebih dahulu, sementara ilustrasi hanya berfungsi sebagai tambahan
atau penjelasan teks.
c. Cerita bergambar
dimana ilustrasinya murni merupakan dekorasi, memiliki sedikit hubungan atau
tidak sama sekali dengan teks.
Berdasarkan jenis-jenis cerita
diatas, jenis yang pertama yang paling sesuai diajarkan pada anak Taman
Kanak-kanak karena anak taman kanak-kanak belum mampu membaca tulisan sehingga
apabila gambarnya cukup jelas dan menarik anak akan dapat membaca kejadian yang
ada dalam gambar.
3. Elemen-elemen Cerita Bergambar.
Sudiana ( 1985:38 ) secara
garis besar elemen-elemen yang umumnya terdapat dalam sebuah cerita bergambar
dapat dijabarkan sebagai berikut :
a.
Garis.
Garis menciptakan arah, gerak dan
energi. Garis tegas umumnya digunakan untuk menggambarkan fenomena alam,
sedangkan garis lembut dapat menciptakan kesan feminim, melankolis atau
kelunakan.
b. Warna.
Warna adalah kualitas dari mutu cahaya yang di
pantulkan oleh suatu obyek kemata manusia sehingga dapat membangkitkan perasaan
manusia. Warna umumnya digunakan untuk menghidupkan emosi dan suasana yang
terdapat dalam satu kesatuan ilustrasi. Warna memiliki peran sebagai :
1)
Identifikasi
2)
Menarik Perhatian
3)
Memberi pengaruh psikologi
4)
Mengembangkan assosiasi
5)
Membangun ketahanan minat
6)
Menciptakan suasana
c.
Bentuk.
Bentuk mampu menghadirkan suasana
berbeda layaknya bentuk geometrik, imajinatif dan lain sebagainya. Berikut adalah prinsip-prinsip dari arti
struktural bentuk dalam ilustrasi :
1) Bentuk Horisontal
menciptakan perasaan stabil dan tenang.
2) Bentuk Vertikal
menciptakan kesan enerjik dan kegembiraan
3)
Bentuk Diagonal Mengacu pada gerakan atau tekanan.
4) Bagian paruh atas
dari sebuah gambar melambangkan kebebasan,
kegembiraan dan kemenangan.
5) Latar belakang yang
lebih terang terasa lebih “aman” dari latar belakang berwarna gelap.
6) Ukuran melambangkan
kekuatan. Semakin besar obyeknya, semakin besar kekuatannya, begitu pula
sebaliknya.
7) Kontras antara warna
dan bentuklah yang akan membuat pembaca menginterpretasikan gambar.
4. Fungsi Gambar dalam Pembelajaran
Gambar dapat digunakan untuk mengantarkan
pembelajaran secara utuh, memberikan penguatan maupun motivasi. Kembali kepada
arti pentingnya media gambar dalam proses belajar mengajar yaitu dapat
mengantarkan kepada tujuan pendidikan. Maka berikut ini fungsi media
gambar adalah sebagai berikut :
a. Memperjelas penyajian
pesan dan mengurangi verbalitas .
Penggunaan media dapat mengurangi verbalitas karena media dapat mendorong
anak untuk aktif berperan serta dalam proses belajar mengajar, sehingga
informasi yang diterima oleh anak didik tidak hanya dari guru saja tapi anak
didik juga turut aktif mencari dan mendapatkan informasi pembelajaran dari
gambar-gambar yang disajikan.
b.
Memperdalam pemahaman anak didik
terhadap materi pelajaran.
Dengan penggunaan gambar dalam belajar akan ada kejelasan informasi/pesan
tentang materi pelajaran yang diterima anak didik sehingga secara otomatis akan
memperdalam pemahaman anak didik.
c. Memperagakan
pengertian yang abstrak kepada pengertian konkrit dan jelas.
Media gambar
mampu menjadikan sesuatu yang bersifat abstrak dapat difahami secara konkrit
dan jelas, misalnya menjelaskan tentang gempa bumi anak-anak belum pernah
mengalami tetapi dengan penyajian gambar anak dapat memahami atau membayangkan
bagaimana gempa bumi tersebut.
d. Mengatasi
keterbatasan ruang, waktu dan daya indra anak.
Gambar dapat
menyajikan suatu peristiwa dalam radius yang luas seperti gunung berapi, gempa
bumi dan lain sebagainya.
e. Mengatasi sikap fasif
anak didik .
Dengan
penyajian gambar yang menarik dapat mendorong anak untuk berperan aktif dalam
proses belajar.
f. Memperlancar
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan mempermudah tugas mengajar guru.
Dengan
penggunaan gambar yang tepat , maka pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien.
5. Tujuan Bercerita.
Gunarti ( 2008:5.4 ) tujuan
dari bercerita adalah sebagai berikut :
a. Mengembangkan
kemampuan berbahasa, diantaranya kemampuan menyimak, kemampuan dalam berbicara
serta menambah kosakata yang dimilikinya.
b. Mengembangkan
kemampuan berfikirnya karena dengan bercerita anak diajak untuk memfokuskan
perhatian dan berfantasi mengenai jalan cerita serta mengembangkan kemampuan
berfikir secara simbolik.
c. Menanamkan
pesan-pesan moral yang terkandung dalam cerita yang akan mengembangkan
kemampuan moral anak, misalnya benar atau salah.
d. Mengembangkan
kepekaan sosial emosi anak tentang hal-hal yang terjadi di sekitarnya melalui
tutur cerita yang di sampaikan.
e.
Melatih daya ingat atau memori
anak untuk menerima dan menyimpan informasi melalui tuturan peristiwa yang di
sampaikan.
f.
Mengembangkan potensi kreatif anak
melalui keragaman ide cerita yang dituturkan.
6. Manfaat Bercerita.
Beberapa manfaat bercerita bagi anak taman
kanak-kanak yaitu :
a. Melatih daya serap
atau daya tangkap anak taman kanak-kanak. Artinya anak usia taman kanak-kanak
dapat di rangsang untuk mampu memahami isi atau ide-ide pokok dalam cerita secara
keseluruhan.
b. Melatih daya
konsentrasi anak taman kanak-kanak. Karena dengan memusatkan perhatian pada
cerita tersebut anak dapat melihat hubungan bagian-bagian cerita sekaligus
menangkap ide pokok dalam cerita.
c. Melatih daya fikir
anak. Dengan demikian bercerita dapat melatih anak untuk memahami proses cerita
mempelajari hubungan bagian-bagian dalam cerita termasuk hubungan sebab akibat.
d. Mengembangkan daya
imajinasi anak. Artinya dengan bercerita anak dengan daya fantasinya dapat
membayangkan atau menggambarkan suatu situasi yang berada diluar jangkauan
inderanya bahkan yang mungkin jauh dari lingkungan sekitarnya, ini berarti
membantu mengembangkan wawasan anak.
e. Menciptakan situasi
yang menggembirakan serta mengembangkan suasana hubungan yang akrab sesuai
dengan tahap perkembangannya.
f. Membantu perkembangan
bahasa anak dalam berkomunikasi secara efektif dan efisien sehingga proses
percakapan menjadi komunikatif.
7. Ketentuan bercerita dengan gambar seri.
Gunarti ( 2008.5.12 ) bahwa hal-hal yang harus
di perhatikan ketika akan bercerita dengan menggunakan gambar seri adalah :
a.
Gambar bisa dibuat diatas karton putih ukuran 50x30 cm.
b. Gambar demi gambar
merupakan rangkaian peristiwa yang saling berkaitan.
c. Gambar dibuat dengan
menyesuaikan dengan tahapan perkembangan anak.
d. Pemberian warna dan
proporsi bentuk dibuat menarik namun tidak mengaburkan imajinasi anak.
e. Berilah judul cerita
secara singkat tetapi menarik bagi anak.
f. Isi cerita menyangkut
hal-hal yang bisa ditemui anak dalam kehidupannya sehari-hari.
g.
Gunakan gaya bahasa yang bisa
dipahami oleh anak.
h. Isi cerita bisa
dibuat pada bagian belakang gambar.
8. Penerapan Cerita Gambar Seri di Taman
Kanak-kanak.
Langkah-langkah yang dilakukan
dalam pelaksanaan cerita bergambar seri adalah guru mengatur posisi tempat
duduk anak yang dimaksudkan supaya membuat anak merasa nyaman, lalu guru
menyiapkan gambar-gambar yang akan digunakan dalam bercerita. Dalam hal ini
guru berusaha memfokuskan perhatian anak dengan mengajak mereka bernyanyi atau
bermain tepuk sebagai pengantar sebelum memasuki awal cerita, kemudian kita
melakukan percakapan awal yang mengajak anak untuk mengiring mereka
memperhatikan gambar yang akan kita gunakan. ciptakanlah suasana yang bisa membuat
mereka merasa penasaran, setelah itu guru membuka gambar lalu menempelkan pada
papan tulis atau papan cerita, kemudian guru memberikan penjelasan tambahan
mengenai gambar tersebut apabila dibutuhkan, setelah itu berikan kesempatan
pada anak untuk memberi judul cerita
yang akan dituturkan dengan melihat media gambar seri yang kita gunakan.
setelah itu guru mulai menuturkan cerita yang sebenarnya kepada anak. pada
kegiatan bercerita dengan menggunakan gambar seri ini dapat kita lakukan dengan
menempelkan satu demi satu gambar sesuai dengan kejadian pada cerita tersebut
sehingga anak memperoleh pemahaman tentang keterkaitan isi cerita dari gambar
yang satu dengan gambar yang lainnya. Adapun posisi peletakan gambar dapat
dibuat dengan skema sebagai berikut :
1
|
2
|
3
|
4
|
Atau berjejer seperti berikut ini :
1
|
3
|
2
|
Ketika cerita sudah selesai
dituturkan kita dapat mengajukan pertanyaan seputar cerita tersebut, misalnya
tentang judul cerita, tokoh cerita dan isi cerita. Bisa juga meminta pendapat
atau komentar anak mengenai cerita tersebut. Selanjutnya, kita bisa bersama-sama
menyimpulkan isi cerita tersebut termasuk mencari pelajaran dari isi cerita
juga mencari solusi terbaik dari permasalahan yang ada pada cerita tersebut. Akhiri
kegiatan bercerita dengan meminta anak untuk menceritakan kembali isi cerita.
C. Pengembangan
Perilaku Moral Anak melalui Cerita Gambar Seri
Bercerita
dengan menggunakan gambar seri bisa dilakukan dengan menggunakan lebih dari dua
gambar. Gambar-gambar yang digunakan harus memiliki keterkaitan cerita antara
gambar yang satu dengan gambar yang lainnya. keterkaitan tersebut harus tampak
jelas dilihat oleh anak agar mereka dapat memahami rangkaian cerita yang akan
di sajikan.
Adapun
gambar-gambar yang disajikan harus disesuaikan dengan tema serta tujuan yang
ingin dicapai, Berikut adalah langkah pengembangan perilaku moral anak melalui
cerita gambar seri yaitu :
1. Menetapkan tujuan
dan tema yang ingin dicapai.
Tema
ditetapkan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan tujuan pembelajaran
dijabarkan melalui indikator kegiatan. Adapun indikator yang mendukung cerita dalam mengembangkan perilaku moral
anak adalah :
a.
Selalu memberi dan menjawab salam
b. Berbicara dengan
suara yang ramah dan sopan
c. Menghormati orang tua
dan orang yang lebih tua.
d. Sabar menunggu giliran.
e.
Berhenti bermain pada waktunya.
f. Rapi dalam bertindak, berpakaian dan bekerja.
g. Memelihara kebersihan.
2. Menentukan bentuk kegiatan bercerita yang akan digunakaN.
Ada dua bentuk kegiatan bercerita yang dapat
digunakan dalam proses pembelajaran yaitu bercerita tanpa alat peraga dan
bercerita dengan menggunakan alat peraga. Dalam hal ini penulis akan
menggunakan bentuk kegiatan bercerita dengan menggunakan alat peraga berupa
gambar seri.
3.
Mempersiapkan bahan dan alat penunjang kegiatan bercerita.
Adapun alat yang akan digunakan dalam
bercerita adalah beberapa buah gambar ( gambar seri ).
4. Menentukan
/ rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita.
Adapun rancangan langkah-langkah kegiatan
bercerita dengan menggunakan gambar seri telah dibahas sebelumnya. Kegiatan
bercerita dengan gambar seri pada umumnya sama pada semua kemampuan yang ingin
dicapai, yang membedakan hanya gambar dari setiap tujuan yang ingin diperoleh.
5. Menentukan
tekhnik penilaian dari kegiatan bercerita.
Tekhnik
penilaian disini mencakup sejauh mana upaya guru melihat keberhasilannya dalam
mengembangkan perilaku moral. Dan penilaian yang dimaksud mencakup respon anak
dalam memberi dan menjawab salam, berbicara dengan suara yang ramah dan sopan,
menghormati orang tua dan orang yang lebih tua, sabar menunggu giliran,
berhenti bermain pada waktunya, rapi dalam bertindak, berpakaian dan bekerja
serta memelihara kebersihan.
6. Menyimpulkan
isi cerita.
Guru
bersama dengan anak menyimpulkan isi cerita, agar pesan moral dapat
sepenuhnya dimengerti oleh anak sehingga
anak dapat berkomentar atau memberi pendapat dari kejadian yang ada dalam
gambaran
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah
diuraikan, penulis dapat menyimpulkan bahwa: Menyajikan Cerita Gambar Seri
harus menarik baik dari segi bentuk, warna dan isinya agar mudah dipahami oleh
anak karena dengan warna, bentuk dan isi yang mudah dipahami oleh anak maka
pesan yang ingin disampaikan kepada anak melalui gambar dapat dipahami. Guru
sebagai pengajar membawakan cerita gambar seri semenarik mungkin, penuh
penghayatan sehingga anak yang mendengarkan tertarik untuk menyimak cerita pada
saat guru bercerita. Dengan bantuan guru, anak dituntun untuk memahami dan
menyimpulkan isi cerita dari gambar seri yang telah diceritakan. Kesimpulan isi
cerita yang diperoleh dapat dijadikan kesepakatan antara guru dengan anak didik
untuk dijadikan pedoman atau pandangan dalam berperilaku sehingga perilaku anak
akan terkendali dan akhirnya menjadi lebih baik.
B. Saran
Untuk mengoptimalkan
pengembangan perilaku moral anak melalui cerita gambar seri di Taman
Kanak-kanak , penulis sarankan agar :
1. Guru perlu merancang
kegiatan bercerita gambar seri menjadi pembelajaran yang mendidik sehingga
bercerita gambar seri itu sendiri merupakan proses belajar bagi anak.
2. Guru menjalankan
tugas secara profesional sehingga berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan
anak baik fisik maupun psikisnya.
3. Orang Tua anak,
hendaknya menjalin kerja sama timbal balik dengan sekolah guna mengorientasikan
perkembangan anak dalam mengikuti kegiatan di Taman Kanak-kanak
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, S dan Samad, S. 2003. Pedoman Penulisan Skripsi, Makasar
UNM.
Amin, Ahmad. 2005. al-Akhlak,
Diterjemahkan oleh : KH. Farid Ma’ruf,
dengan judul : “Etika (Ilmu
Moral)”, Jakarta : Bulan Bintang.
Bacri, S, Bachtiar. 2005. Pengembangan Kegiatan Bercerita, Tekhnik
dan Prosedurnya, Jakarta : Depdikbud.
Darajat, Zakiah. 1997. Membina
Nilai-nilai Moral di Indonesia, Jakarta : Bulan Bintang.
Daroeso, Bambang. 1986. Mengembangkan
Moral, Etika dan Nilai, Bandung : Ganesa.
Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia , Jakarta : Balai Pustaka.
Dhieni Nurbiana dkk. 2006. Metode Pengembangan Bahasa, Jakarta
: Universitas Terbuka.
Gunarti, Winda dkk. 2008. Metode Pengembangan Perilaku dan
Kemampuan Dasar Anak Usia Dini, Jakarta : Universitas Terbuka.
Haricahyono. 1995. Pembinaan
Moral Anak di Sekolah, Jakarta : Rineka Cipta.
Majid, Abdul. 2002. Mengajarkan
Anak Lewat Cerita, Yogyakarta : Tiara Wacana.
Satibi, Otib. 2008. Metode Pengembangan Moral dan Nilai-nilai
Agama, Jakarta : Universitas Terbuka.
Sudiana,Dendi.1985. Komunikasi Periklanan Cetak, Bandung, Remaja
Karya.
Sugeng, Hariyadi. 2003. Mendidik
Moral Anak, Bandung : Kota
Kembang.
0 komentar :
Post a Comment