PENGEMBANGAN PERILAKU MORAL ANAK MELALUI CERITA GAMBAR SERI

Friday, 13 September 2013

PENGEMBANGAN PERILAKU MORAL ANAK MELALUI CERITA GAMBAR SERI


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
 Perkembangan berfikir anak usia Taman Kanak-kanak atau pra sekolah sangat pesat. Perkembangan intelektual anak yang sangat pesat terjadi pada kurung usia nol sampai usia pra sekolah. Masa usia Taman Kanak-kanak dapat disebut masa peka dalam belajar. Dalam masa-masa ini segala
potensi kemampuan dan perilaku anak dapat di kembangkan secara optimal, tentunya dengan bantuan dari orang-orang yang berada disekitar anak. Salah satu cara yang digunakan dalam mengembangkan kemampuan dan perilaku anak adalah bercerita dengan menggunakan gambar seri.
Cerita bergambar seri adalah suatu kegiatan dalam menyampaikan suatu informasi dengan menggunakan beberapa gambar, dimana gambar-gambar yang digunakan memiliki keterkaitan cerita antara gambar yang satu dengan gambar yang lainnya. Bercerita kepada anak memainkan peranan penting bukan saja didalam mengembangkan bahasa anak tapi juga dalam pembentukan perilakunya. Melalui cerita gambar seri guru dapat mengembangkan perilaku moral anak. Namun harus di ingat bahwa dalam penyampaiannya tentu saja harus sesuai dengan tahapan berfikir anak. Dengan menggunakan bahasa yang dapat dipahami dan mengandung pesan moral yang bisa dicerna oleh konsep berfikirnya sekaligus dapat ditiru oleh anak. Konsep cerita bergambar seri dapat diambil dari kejadian-kejadian yang dialami oleh anak dalam kehidupan sehari-harinya.
 Memilih cerita untuk anak harus dengan hati-hati karena banyak cerita yang telah tersedia di toko-toko tidak sesuai dengan pembentukan perilaku moral anak sebagaimana pesan Majid dalam bukunya ( 2002 : 16 ) “ sebagian dari cerita-cerita yang ada, meliputi beberapa unsur negatif. Hal ini dikarenakan pembawaan cerita tersebut tidak mengindahkan nilai estetika dan norma’’. Hal ini harus diwaspadai karena akan berdampak buruk pada anak didik di taman kanak-kanak, karena semua informasi dan peristiwa yang tercakup dalam sebuah cerita akan berdampak sekali dalam pembentukan akal dan moral seorang anak, baik dari segi budaya, imajinasi maupun bahasa kesehariannya. Hal ini sangat didukung oleh teori pendidikan yaitu emperisme / tabularasa bahwa manusia lahir bagai kertas putih tergantung lingkungan yang akan membentuknya. Sebagaimana yang kita lihat sekarang anak mulai mengalami krisis moral akibat pembentukan jaman modernisasi, anak-anak mulai kurang memperhatikan etika dan norma yang ada, anak-anak sering berperilaku diluar batas kewajaran layaknya anak-anak, mereka berperilaku layaknya orang dewasa. Anak kurang menghargai orang yang lebih tua darinya dan bila emosi kadang kata-katanya tidak terkontrol serta kurang memiliki kesadaran. Jika hal tersebut dibiarkan berlarut-larut bagaimana nasib bangsa kita dimasa mendatang karena sebagaimana kita ketahui bersama kejayaan suatu bangsa terletak di tangan generasi mudanya. Dengan demikian taman kanak-kanak sebagai lembaga pendidikan formal yang pertama dimasuki oleh seorang anak tidak boleh mengenyampingkan sisi pendidikan  yang harus diserap oleh seorang anak berupa tata nilai yang mengandung estetika dan norma. Seorang pendidik terutama di taman kanak-kanak harus dapat berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menciptakan situasi pembelajaran yang dapat mengembangkan seluruh potensi anak termasuk pengembangan perilaku moral.
 Menurut Piaget ( Dhieni, 2006 ) “sejak lahir hingga dewasa, pikiran anak berkembang melalui jenjang-jenjang berperiode sesuai dengan tingkatan kematangan anak itu secara keseluruhan dengan interaksi-interaksi dengan lingkungannya”. Dengan adanya pendapat tersebut diharapkan di taman kanak-kanak terjadi interaksi antara guru dengan anak didik. Dimana guru melalui penerapan cerita gambar seri diharapkan dapat mengembangkan perilaku moral anak didiknya.
B. Rumusan  Masalah.           
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka fokus masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Pengembangan Perilaku Moral Anak melalui Cerita Gambar Seri di  Taman Kanak-kanak ?
C. Tujuan Penulisan.
 Adapun tujuan yang hendak dicapai adalah untuk mengetahui Pengembangan Perilaku Moral Anak melalui Cerita Gambar Seri  di Taman Kanak-kanak.

BAB II
PEMBAHASAN 


A. Gambaran Perkembangan Perilaku Moral Anak di Taman Kanak-kanak.
     1. Perkembangan Perilaku Moral Anak di Taman Kanak-kanak.
Seiring dengan perkembangan kognitif yang terjadi pada anak usia Taman Kanak-kanak, antara lain terlihat dari  perkembangan bahasanya, anak usia tersebut diharapkan mulai memahami aturan dan norma yang dikenalkan oleh guru melalui penjelasan-penjelasan yang sederhana. Guru mulai mengenalkan, mengajarkan dan membentuk sikap dan perilaku anak mulai dari sikap dan cara menghadapi orang lain, cara berpakaian dan berpenampilan, cara dan kebiasaan makan, dan cara berperilaku sesuai dengan aturan yang dibentuk dalam suatu lingkungan atau situasi tertentu.                    
Moralitas moral anak taman kanak-kanak dan perkembangannya dalam tatanan kehidupan dunia mereka dapat diuraikan dalam Satibi ( 2008:1.8-1.23 ) adalah sebagai berikut :
a.   Sikap dan cara berhubungan dengan orang lain ( sosialisasi ).
          Hal ini menyangkut perilaku anak mulai dari cara bersikap dan cara menghadapi orang lain. Misalnya memberi dan menjawab salam, bersikap sopan, berbicara dengan sopan santun sehingga terjalin komunikasi yang baik.
          b. Cara berpakaian dan berpenampilan.
             Guru taman kanak-kanak perlu menjelaskan bahwa penampilan dan cara berpakaian seseorang dapat memberi kesan tentang perilaku moral seseorang. anak harus tahu dimana dan pada situasi apa ia boleh menggunakan baju tidur, baju renang, baju sekolah. Selain itu, cara bersolek, bersikap dan berpenampilan yang bagaimana yang dianggap pantas dengan situasi dan pantas dihadapinya.
          c. Sikap dan Kebiasaan Makan.
Sikap dan kebiasaan makan seharusnya diajarkan kepada anak sejak dini, kebiasaan makan mulai diajarkan seiring dengan perkembangannya. Misalnya anak makan pakai tangan kanan, mengambil makanan dengan sendok dan mengambil yang terdekat, anak harus menghabiskan makanannya serta memberi kesempatan yang lebih tua untuk mengambil makanan lebih dahulu, berdoa sebelum dan sesudah makan sebagai perwujudan rasa syukur atas makanan yang diberikan oleh Allah serta membagi makanan dengan teman.
         d. Sikap dan Perilaku Anak yang Memperlancar Hubungannya dengan Orang lain.  
           Bagian pembahasan ini berkaitan dengan cara berhubungan dengan orang lain, tetapi lebih dikhususkan pada hubungan tidak langsung, namun membawa dampak pada kelancaran hubungan dengan orang lain. Misalnya anak diajari mencintai sesama, antri menunggu giliran, menghormati orang lain, menjaga sarana umum dan lain sebagainya.
     Ada beberapa teori yang menyangkut perkembangan moral anak     ( Gunarti, 2008 : 23) diantaranya adalah :
1). Menurut John Dewey.
                        Perkembangan moral seseorang melewati tiga fase yaitu :
a)  Fase pre moral atau pre conventional, pada fase ini sikap dan perilaku manusia banyak dilandasi oleh impuls biologis dan sosial.
b)  Tingkat konvensional, pada tahap ini perkembangan moral manusia banyak didasari oleh sikap kritis kelompoknya.
c)  Autonomous, pada tahap ini perkembangan moral manusia banyak dilandaskan pada pola pikirannya sendiri.
Apresiasi terhadap teori diatas adalah pada dasarnya manusia memiliki kesamaan pola perkembangan moral, anak taman kanak-kanak secara teoritis berada pada fase pertama dan kedua.
         2). Menurut Piaget.
                       Perkembangan moral seorang manusia melalui dua tahapan yaitu :
a)  Tahapan heteronomous, pada tahap ini kehidupan saat awal belum memiliki pendirian kuat dalam menentukan sikap dan perilaku, anak akan memilih dan menentukan sesuatu dengan pertimbangan yang menguntungkan dirinya sendiri tidak peduli dengan ungkapan atau pilihan sikap orang lain dan Tahapan ini merupakan tahapan yang seharusnya dipehatikan oleh seorang guru taman kanak-kanak karena pada fase ini anak masih sangat labil, mudah terbawa arus, mudah terpengaruh dan dalam rangka pendidikan moral mereka perlu bimbingan terus menerus.
b)  Tahapan Autonomous, moralitas anak mulai terbentuk dari proses pembelajaran dalam kehidupannya yang memungkinkan dirinya banyak menggunakan pertimbangan akal sehat, pengetahuan dan pengalaman hidupnya.
               3). Menurut Kohlberg. Definisi tahapan perkembangan moral adalah :
                         Tingkat a. Prakonvensional.
                         Tahap 1 : The Punishment and obedience orientation
Konsikuensi yang bersifat fisik dari tingkah laku menentukan suatu kebaikan atau keburukan. Cara untuk menghindari hukuman tergantung atas penilaian anak sendiri.
                         Tahap 2 : The Instrumental-Relativist Orientation
Perilaku yang benar dan baik adalah perilaku yang memuaskan kebutuhan seseorang dan kadang-kadang memuaskan kebutuhan orang lain juga.
                        
Tingkat b.  Konvensional.
                         Tahap 3 : The Interpersonal Concordance or “Good Boy-Nice Girl” Orientation.   
Perilaku yang baik adalah perilaku yang menyenangkan atau menolong orang lain dan diterima oleh mereka. Tingkah laku seringkali dinilai berdasarkan niatnya maksudnya  kan baik menjadi penting untuk pertama kali. Seorang mencari kebenaran dengan cara bertingkah laku manis.
Tahap 4 : Author ity and Social Order main-taining orientation.
Ini adalah orientasi berdasarkan otoritas, aturan pasti, dan pemeliharaan atas aturan sosial. Perilaku yang benar terdiri atas tugas yang telah dilaksanakan, menunjukkan rasa hormat pada otoritas dan mempertahankan aturan sosial.
Tingkat c. Post Konvensional.
Tahap 5 : The Social-contract legalistic orientation.
                                          Perilaku yang benar cenderung di devenisikan sebagai hak umum dan hukum individu, yang sudah diuji dan disetujui oleh masyarakat.
                          Tahap 6 : The universal ethical principle orientation.
Perilaku yang benar di devenisikan sebagai sebuah keputusan hati nurani berdasarkan prinsip etik diri yang dipilih. Prinsip-prinsip ini bersifat abstrak dan etik tidak lagi bersifat konkrit seperti aturan moral.                
    2. Pengertian Perilaku Moral.
 Defenisi perilaku moral menurut  Gunarti ( 2008 : 1.3 ) adalah cerminan kepribadian seseorang yang tampak dalam perbuatan dan interakasi terhadap orang lain dalam lingkungan sekitar.
Dalam pembentukan kepribadiannya, anak usia taman kanak-kanak bersifat imitatif atau peniru, apa yang ia lihat, rasakan dari lingkungannya akan diikutinya karena ia belum mengetahui batasan benar dan salah, baik dan buruk serta pantas dan tidak pantas. Anak masih belajar coba – ralat perilaku yang dapat diterima oleh lingkunganya. Oleh karena itu masa usia taman kanak-kanak adalah masa yang peka untuk menerima pengaruh dari lingkungannya. Hal ini merupakan kesempatan bagi guru untuk memberikan pengaruh edukatif seluas-luasnya kepada anak agar membantu pengembangan perilaku anak yang positif. Selanjutnya kita akan melihat defenisi dari moral itu sendiri.
Moral menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 2001 ; 754 ) adalah ajaran tentang perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti, susila.Sedangkan menurut Amin ( 2005 ; 63 )  bahwa moral adalah kelakuan atau muamalah.                                                      
Menurut Darajat ( 1997 ; 117 ) mengemukakan tentang definisi moral yaitu kelakuan yang sesuai dengan ukuran-ukuran masyarakat, yang timbul dari hati sendiri (bukan paksaan dari luar).                                         Menurut Daroeso ( 1986 ; 23 )  moral adalah sebagai keseluruhan norma yang mengatur tingkah laku manusia di masyarakat.
Menurut Sugeng  ( 2003 ; 88 ) moral merupakan serangkaian nilai-nilai yang didalamnya memuat kaidah dan norma. selanjutnya Haricahyono ( 1995 ; 221 ) Menyatakan bahwa moral adalah kesesuaian dengan ukuran baik buruknya sesuatu tinkah laku atau karakter yan telah diterima oleh sesuatu masyarakat termasuk didalamnya berbagai tingkah laku spesifik, seperti misalnya tingkah laku seksual.
  Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa moral adalah keseluruhan norma yang mengatur tingkah laku manusia di masyarakat untuk melaksanakan perbuatan baik dan benar, tapi perlu diingat bahwa baik dan benar menurut seseorang itu tidak pasti baik dan benar bagi orang lain, karena itulah diperlukan adanya prinsip-prinsip kesusilaan atau moral yang dapat berlaku umum yang telah diakui kebaikan dan kebenarannya oleh semua orang. dengan kata lain perilaku moral merupakan perilaku yang sesuai norma dan nilai moral yang berkaitan dengan tatacara, kebiasaan dan adat yang berlaku di masyarakat.
    3. Tujuan Pengembangan Moral
  Adler ( 1974-1.29 ) dalam satibi ada beberapa hal seharusnya dimiliki oleh manusia dalam rangka pembentukan kepribadian, diantaranya adalah dapat beradaptasi pada berbagai situasi dalam relasinya dengan orang lain dan dalam hubungannya dengan berbagai kultur, selalu dapat memahami sesuatu yang berbeda dan menyadari bahwa dirinya memiliki dasar pada identitas kulturnya serta mampu menjaga batas yang tidak kaku pada dirinya, bertanggung jawab terhadap bentuk batasan yang dipilihnya sesaat dan terbuka pada perubahan.
 Puncak yang diharapkan dari tujuan pengembangan moral anak taman kanak-kanak adalah adanya keterampilan efektif anak itu sendiri, yaitu keterampilan utama untuk merespon orang lain dan pengalaman-pengalaman barunya serta memunculkan perbedaan-perbedaan dalam kehidupan teman sekitarnya.
B. Cerita Gambar Seri.
1. Pengertian Cerita Gambar Seri.              
Bercerita didevinisikan oleh Gunarti dkk (2008:27) adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menyampaikan sesuatu pesan , informasi atau  sebuah dongeng belaka yang bisa dilakukan secara lisan atau tertulis.           
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia ( 2001 ) cerita adalah :
a.   Tuntutan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal peristiwa, kejadian dan sebagainya.
b.  Karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman atau penderitaan orang, kejadian dan sebagainya.
c.   Lakon  yang  di  wujudkan  atau  di  pertunjukkan  dalam  gambar hidup ( sandiwara, wayang dan sebagainya ).
d.  Omong kosong, dongengan ( yang tidak benar ) omongan.
Menurut Dhieni dkk ( 2006 : 45) bercerita adalah : “Suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus di sampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk didengarkan dengan rasa menyenangkan, oleh karena orang yang menyajikan cerita tersebut menyampaikannya dengan menarik”
  Sedangkan menurut Bacri S (2005:17) bercerita adalah :“Menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang laiSelanjutnya Bergambar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 2001 ) adalah  dihiasi dengan gambar , ada gambarnya.
  Selengkapnya cerita bergambar seri menurut Gunarti  dkk ( 2008:21 ) adalah suatu kegiatan dalam menyampaikan suatu informasi dengan menggunakan gambar sebagai media dimana gambar-gambar yang digunakan memiliki keterkaitan cerita antara gambar yang satu dengan gambar yang lainnya.
 Berdasarkan uraian diatas maka dapat di simpulkan bahwa cerita bergambar seri adalah karangan yang berisi gambar yang menuturkan perbuatan, pengalaman, penderitaan atau kejadian lainnya yang berhubungan dengan seseorang dimana gambar satu saling berkaitang dengan gambar selanjutnya.
         2.  Jenis-jenis cerita bergambar
Menurut Breitenbach (1981:48) cerita bergambar terdiri atas tiga yaitu :
a.   Cerita bergambar yang mengandalkan gambar, dimana teks hanya berfungsi sebagai penjelasan gambar.
b.  Cerita bergambar dimana ilustrasinya dibuat khusus untuk menampilkan teks. Ini berarti teks dibuat terlebih dahulu, sementara ilustrasi hanya berfungsi sebagai tambahan atau penjelasan teks.
c.   Cerita bergambar dimana ilustrasinya murni merupakan dekorasi, memiliki sedikit hubungan atau tidak sama sekali dengan teks.
Berdasarkan jenis-jenis cerita diatas, jenis yang pertama yang paling sesuai diajarkan pada anak Taman Kanak-kanak karena anak taman kanak-kanak belum mampu membaca tulisan sehingga apabila gambarnya cukup jelas dan menarik anak akan dapat membaca kejadian yang ada dalam gambar.
          3. Elemen-elemen Cerita Bergambar.
Sudiana ( 1985:38 ) secara garis besar elemen-elemen yang umumnya terdapat dalam sebuah cerita bergambar dapat dijabarkan sebagai berikut :  
a.   Garis.
    Garis menciptakan arah, gerak dan energi. Garis tegas umumnya digunakan untuk menggambarkan fenomena alam, sedangkan garis lembut dapat menciptakan kesan feminim, melankolis atau kelunakan.
b.  Warna.
    Warna adalah kualitas dari mutu cahaya yang di pantulkan oleh suatu obyek kemata manusia sehingga dapat membangkitkan perasaan manusia. Warna umumnya digunakan untuk menghidupkan emosi dan suasana yang terdapat dalam satu kesatuan ilustrasi. Warna memiliki peran sebagai :
1)      Identifikasi
2)      Menarik Perhatian
3)      Memberi pengaruh psikologi
4)      Mengembangkan assosiasi
5)      Membangun ketahanan minat
6)      Menciptakan suasana
c.   Bentuk.
 Bentuk mampu menghadirkan suasana berbeda layaknya bentuk geometrik, imajinatif dan lain sebagainya. Berikut adalah prinsip-prinsip dari arti struktural bentuk dalam ilustrasi :
1)      Bentuk Horisontal menciptakan perasaan stabil dan tenang.
2)      Bentuk Vertikal menciptakan kesan enerjik dan kegembiraan
3)      Bentuk Diagonal  Mengacu pada gerakan atau tekanan.
4)  Bagian paruh atas dari sebuah gambar melambangkan kebebasan,   kegembiraan dan kemenangan.
5)      Latar belakang yang lebih terang terasa lebih “aman” dari latar belakang berwarna gelap.
6)   Ukuran melambangkan kekuatan. Semakin besar obyeknya, semakin besar kekuatannya, begitu pula sebaliknya.
7)  Kontras antara warna dan bentuklah yang akan membuat pembaca menginterpretasikan gambar.
          4. Fungsi Gambar dalam Pembelajaran
 Gambar dapat digunakan untuk mengantarkan pembelajaran secara utuh, memberikan penguatan maupun motivasi. Kembali kepada arti pentingnya media gambar dalam proses belajar mengajar yaitu dapat mengantarkan kepada tujuan pendidikan. Maka berikut ini fungsi media gambar adalah sebagai berikut :
a.       Memperjelas penyajian pesan dan mengurangi verbalitas .
Penggunaan media dapat mengurangi verbalitas karena media dapat mendorong anak untuk aktif berperan serta dalam proses belajar mengajar, sehingga informasi yang diterima oleh anak didik tidak hanya dari guru saja tapi anak didik juga turut aktif mencari dan mendapatkan informasi pembelajaran dari gambar-gambar yang disajikan.
b.      Memperdalam pemahaman anak didik terhadap materi pelajaran.
Dengan penggunaan gambar dalam belajar akan ada kejelasan informasi/pesan tentang materi pelajaran yang diterima anak didik sehingga secara otomatis akan memperdalam pemahaman anak didik.
c.       Memperagakan pengertian yang abstrak kepada pengertian konkrit dan jelas.
Media gambar mampu menjadikan sesuatu yang bersifat abstrak dapat difahami secara konkrit dan jelas, misalnya menjelaskan tentang gempa bumi anak-anak belum pernah mengalami tetapi dengan penyajian gambar anak dapat memahami atau membayangkan bagaimana gempa bumi tersebut.
d.      Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra anak.
Gambar dapat menyajikan suatu peristiwa dalam radius yang luas seperti gunung berapi, gempa bumi dan lain sebagainya.
e.       Mengatasi sikap fasif anak didik .
Dengan penyajian gambar yang menarik dapat mendorong anak untuk berperan aktif dalam proses belajar.
f.       Memperlancar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan mempermudah tugas mengajar guru.
Dengan penggunaan gambar yang tepat , maka pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien.
    5. Tujuan Bercerita.
                Gunarti ( 2008:5.4 ) tujuan dari bercerita adalah sebagai berikut :
a.   Mengembangkan kemampuan berbahasa, diantaranya kemampuan menyimak, kemampuan dalam berbicara serta menambah kosakata yang dimilikinya.
b. Mengembangkan kemampuan berfikirnya karena dengan bercerita anak diajak untuk memfokuskan perhatian dan berfantasi mengenai jalan cerita serta mengembangkan kemampuan berfikir secara simbolik.
c.  Menanamkan pesan-pesan moral yang terkandung dalam cerita yang akan mengembangkan kemampuan moral anak, misalnya benar atau salah.
d.  Mengembangkan kepekaan sosial emosi anak tentang hal-hal yang terjadi di sekitarnya melalui tutur cerita yang di sampaikan.
e.   Melatih daya ingat atau memori anak untuk menerima dan menyimpan informasi melalui tuturan peristiwa yang di sampaikan.
f.   Mengembangkan potensi kreatif anak melalui keragaman ide cerita yang dituturkan.
    6. Manfaat Bercerita.
 Beberapa manfaat bercerita bagi anak taman kanak-kanak yaitu :
a. Melatih daya serap atau daya tangkap anak taman kanak-kanak. Artinya anak usia taman kanak-kanak dapat di rangsang untuk mampu memahami isi atau ide-ide pokok dalam cerita secara keseluruhan.
b.  Melatih daya konsentrasi anak taman kanak-kanak. Karena dengan memusatkan perhatian pada cerita tersebut anak dapat melihat hubungan bagian-bagian cerita sekaligus menangkap ide pokok dalam cerita.
c.   Melatih daya fikir anak. Dengan demikian bercerita dapat melatih anak untuk memahami proses cerita mempelajari hubungan bagian-bagian dalam cerita termasuk hubungan sebab akibat.
d.  Mengembangkan daya imajinasi anak. Artinya dengan bercerita anak dengan daya fantasinya dapat membayangkan atau menggambarkan suatu situasi yang berada diluar jangkauan inderanya bahkan yang mungkin jauh dari lingkungan sekitarnya, ini berarti membantu mengembangkan wawasan anak.
e.   Menciptakan situasi yang menggembirakan serta mengembangkan suasana hubungan yang akrab sesuai dengan tahap perkembangannya.
f.   Membantu perkembangan bahasa anak dalam berkomunikasi secara efektif dan efisien sehingga proses percakapan menjadi komunikatif.
   7. Ketentuan bercerita dengan gambar seri.
 Gunarti ( 2008.5.12 ) bahwa hal-hal yang harus di perhatikan ketika akan bercerita dengan menggunakan  gambar seri adalah :
     a.   Gambar bisa dibuat diatas karton putih ukuran 50x30 cm.
b.      Gambar demi gambar merupakan rangkaian peristiwa yang saling berkaitan.
c.       Gambar dibuat dengan menyesuaikan dengan tahapan perkembangan anak.
d.      Pemberian warna dan proporsi bentuk dibuat menarik namun tidak mengaburkan imajinasi anak.
e.       Berilah judul cerita secara singkat tetapi menarik bagi anak.
f.       Isi cerita menyangkut hal-hal yang bisa ditemui anak dalam kehidupannya sehari-hari.
g.      Gunakan gaya bahasa yang bisa dipahami oleh anak.
h.      Isi cerita bisa dibuat pada bagian belakang gambar.
  8. Penerapan Cerita Gambar Seri di Taman Kanak-kanak.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan cerita bergambar seri adalah guru mengatur posisi tempat duduk anak yang dimaksudkan supaya membuat anak merasa nyaman, lalu guru menyiapkan gambar-gambar yang akan digunakan dalam bercerita. Dalam hal ini guru berusaha memfokuskan perhatian anak dengan mengajak mereka bernyanyi atau bermain tepuk sebagai pengantar sebelum memasuki awal cerita, kemudian kita melakukan percakapan awal yang mengajak anak untuk mengiring mereka memperhatikan gambar yang akan kita gunakan. ciptakanlah suasana yang bisa membuat mereka merasa penasaran, setelah itu guru membuka gambar lalu menempelkan pada papan tulis atau papan cerita, kemudian guru memberikan penjelasan tambahan mengenai gambar tersebut apabila dibutuhkan, setelah itu berikan kesempatan pada  anak untuk memberi judul cerita yang akan dituturkan dengan melihat media gambar seri yang kita gunakan. setelah itu guru mulai menuturkan cerita yang sebenarnya kepada anak. pada kegiatan bercerita dengan menggunakan gambar seri ini dapat kita lakukan dengan menempelkan satu demi satu gambar sesuai dengan kejadian pada cerita tersebut sehingga anak memperoleh pemahaman tentang keterkaitan isi cerita dari gambar yang satu dengan gambar yang lainnya. Adapun posisi peletakan gambar dapat dibuat dengan skema sebagai berikut :

1
2
3
4

            Atau berjejer seperti berikut ini :

              1

              3

              2
Ketika cerita sudah selesai dituturkan kita dapat mengajukan pertanyaan seputar cerita tersebut, misalnya tentang judul cerita, tokoh cerita dan isi cerita. Bisa juga meminta pendapat atau komentar anak mengenai cerita tersebut. Selanjutnya, kita bisa bersama-sama menyimpulkan isi cerita tersebut termasuk mencari pelajaran dari isi cerita juga mencari solusi terbaik dari permasalahan yang ada pada cerita tersebut. Akhiri kegiatan bercerita dengan meminta anak untuk menceritakan kembali isi cerita.
C. Pengembangan Perilaku Moral Anak melalui Cerita Gambar Seri

Bercerita dengan menggunakan gambar seri bisa dilakukan dengan menggunakan lebih dari dua gambar. Gambar-gambar yang digunakan harus memiliki keterkaitan cerita antara gambar yang satu dengan gambar yang lainnya. keterkaitan tersebut harus tampak jelas dilihat oleh anak agar mereka dapat memahami rangkaian cerita yang akan di sajikan.
Adapun gambar-gambar yang disajikan harus disesuaikan dengan tema serta tujuan yang ingin dicapai, Berikut adalah langkah pengembangan perilaku moral anak melalui cerita gambar seri yaitu :
     1. Menetapkan tujuan dan tema yang ingin dicapai.
Tema ditetapkan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan tujuan pembelajaran dijabarkan melalui indikator kegiatan. Adapun indikator yang mendukung cerita dalam mengembangkan perilaku moral anak adalah :
a.   Selalu memberi dan menjawab salam
b.  Berbicara dengan suara yang ramah dan sopan
c.   Menghormati orang tua dan orang yang lebih tua.
d.  Sabar menunggu giliran.
e.   Berhenti bermain pada waktunya.
f.   Rapi  dalam bertindak, berpakaian dan bekerja.
g.  Memelihara kebersihan.
      2. Menentukan bentuk kegiatan bercerita yang akan digunakaN.
 Ada dua bentuk kegiatan bercerita yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran yaitu bercerita tanpa alat peraga dan bercerita dengan menggunakan alat peraga. Dalam hal ini penulis akan menggunakan bentuk kegiatan bercerita dengan menggunakan alat peraga berupa gambar seri.
3. Mempersiapkan bahan dan alat penunjang kegiatan bercerita.
           Adapun alat yang akan digunakan dalam bercerita adalah beberapa buah gambar ( gambar seri ).
4. Menentukan / rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita.
        Adapun rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita dengan menggunakan gambar seri telah dibahas sebelumnya. Kegiatan bercerita dengan gambar seri pada umumnya sama pada semua kemampuan yang ingin dicapai, yang membedakan hanya gambar dari setiap tujuan yang ingin diperoleh.
5. Menentukan tekhnik penilaian dari kegiatan bercerita.
Tekhnik penilaian disini mencakup sejauh mana upaya guru melihat keberhasilannya dalam mengembangkan perilaku moral. Dan penilaian yang dimaksud mencakup respon anak dalam memberi dan menjawab salam, berbicara dengan suara yang ramah dan sopan, menghormati orang tua dan orang yang lebih tua, sabar menunggu giliran, berhenti bermain pada waktunya, rapi dalam bertindak, berpakaian dan bekerja serta memelihara kebersihan.
6. Menyimpulkan isi cerita.
    Guru bersama dengan anak menyimpulkan isi cerita, agar pesan moral dapat sepenuhnya  dimengerti oleh anak sehingga anak dapat berkomentar atau memberi pendapat dari kejadian yang ada dalam gambaran 

                                                                          BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah diuraikan, penulis dapat menyimpulkan bahwa: Menyajikan Cerita Gambar Seri harus menarik baik dari segi bentuk, warna dan isinya agar mudah dipahami oleh anak karena dengan warna, bentuk dan isi yang mudah dipahami oleh anak maka pesan yang ingin disampaikan kepada anak melalui gambar dapat dipahami. Guru sebagai pengajar membawakan cerita gambar seri semenarik mungkin, penuh penghayatan sehingga anak yang mendengarkan tertarik untuk menyimak cerita pada saat guru bercerita. Dengan bantuan guru, anak dituntun untuk memahami dan menyimpulkan isi cerita dari gambar seri yang telah diceritakan. Kesimpulan isi cerita yang diperoleh dapat dijadikan kesepakatan antara guru dengan anak didik untuk dijadikan pedoman atau pandangan dalam berperilaku sehingga perilaku anak akan terkendali dan akhirnya menjadi lebih baik.
B. Saran
Untuk mengoptimalkan pengembangan perilaku moral anak melalui cerita gambar seri di Taman Kanak-kanak , penulis sarankan agar :
1.      Guru perlu merancang kegiatan bercerita gambar seri menjadi pembelajaran yang mendidik sehingga bercerita gambar seri itu sendiri merupakan proses belajar bagi anak.
2.      Guru menjalankan tugas secara profesional sehingga berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak baik fisik maupun psikisnya.
3.      Orang Tua anak, hendaknya menjalin kerja sama timbal balik dengan sekolah guna mengorientasikan perkembangan anak dalam mengikuti kegiatan di Taman Kanak-kanak  

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, S dan Samad, S. 2003. Pedoman Penulisan Skripsi, Makasar UNM.

Amin, Ahmad. 2005. al-Akhlak, Diterjemahkan oleh  : KH. Farid Ma’ruf, dengan judul : “Etika     (Ilmu Moral)”, Jakarta : Bulan Bintang.

Bacri, S, Bachtiar. 2005. Pengembangan Kegiatan Bercerita, Tekhnik dan Prosedurnya, Jakarta : Depdikbud.

Darajat, Zakiah. 1997. Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, Jakarta : Bulan Bintang.

Daroeso, Bambang. 1986. Mengembangkan Moral, Etika dan Nilai, Bandung : Ganesa.

Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka.

Dhieni Nurbiana  dkk. 2006. Metode Pengembangan Bahasa, Jakarta : Universitas Terbuka.

Gunarti, Winda dkk. 2008. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini, Jakarta : Universitas Terbuka.

Haricahyono. 1995. Pembinaan Moral Anak di Sekolah, Jakarta : Rineka Cipta.

Majid, Abdul. 2002. Mengajarkan Anak Lewat Cerita, Yogyakarta : Tiara Wacana.

Satibi, Otib. 2008. Metode Pengembangan Moral dan Nilai-nilai Agama, Jakarta : Universitas Terbuka.

Sudiana,Dendi.1985. Komunikasi Periklanan Cetak, Bandung, Remaja Karya.

Sugeng, Hariyadi. 2003. Mendidik Moral Anak, Bandung : Kota Kembang.

0 komentar :

Post a Comment