PENDIDIKAN

Showing posts with label PENDIDIKAN. Show all posts
Showing posts with label PENDIDIKAN. Show all posts

Saturday 8 March 2014

PENGERTIAN PENDIDIKAN ISLAM (LANJUTAN)




Pendidikan dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah tarbiyah yang berakar kata rabba, berarti mendidik. Dengan demikian, tarbiyah Islamiyah diterjemahkan dengan Pendidikan Islam.[1] Dalam kamus bahasa Arab ditemukan tiga akar kata untuk istilah tarbiyah, yaitu:
1.     Raba-yarbu yang berarti bertambah dan berkembang. Hal ini senada dengan firman Allah dalam al-Qur’an surah al-Rum ayat 39 yang berbunyi : وما ءاتيتم من ربا ليربوا في أموال  الناس فلا يربوا عند الله (Terjemahnya : Dan sesuatu riba atau tambahan yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah).
2. Rabiya-yarba yang dibandingkan dengan khafiya-yakhfa yang berarti tumbuh dan berkembang.
3. Rabba-yarubbu yang dibandingkan dengan madda-yamuddu yang berarti memperbaiki, mengurusi kepentingan, mengatur, menjaga dan memperhatikan.[2]
Sekaitan dengan hal tersebut, al-Baidhawi mengatakan bahwa pada dasarnya al-rabb yang bermakna tarbiyah selengkapnya berarti menyampaikan sesuatu hingga mencapai kesempurnaan. Sementara  rabb yang menyipati Allah menunjukkan arti yang lebih khusus yaitu sangat atau paling. Al-Ashfahani mengatakan bahwa al-rabb  berarti tarbiyah menunjuk kepada arti menumbuhkan prilaku secara bertahap hingga mencapai batasan kesempurnaan. Lebih jauh al-Bani menyatakan bahwa di dalam pendidikan   tercakup tiga unsur yaitu menjaga dan memelihara anak; mengembangkan bakat dan potensi anak sesuai dengan kekhasan masing-masing; mengarahkan potensi dan bakat agar mencapai kesempurnaan dan kebaikan.[3]
Selanjutnya secara terminologis menurut Nahlawi, pendidikan Islam adalah pengaturan pribadi dan masyarakat yang karenanya dapatlah memeluk Islam secara logis dan sesuai secara keseluruhan baik dalam kehidupan individu maupun kolektif.[4] Sementara Yusuf al-Qardhawi memberi pengertian pendidikan Agama sebagai Pendidikan  manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya.[5] Pengertian yang senada dikemukakan oleh Mustafa al-Gulayaini bahwa pendidikan Agama adalah menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air petunjuk dan nasehat, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan meresap dalam jiwanya kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah air.[6]
Sedangkan secara teknis Endang Syaifuddin Anshori memberikan pengertian bahwa pendidikan agama (Islam) adalah proses bimbingan (pimpinan, tuntunan, usulan) oleh obyek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuisi dan lain-lain) dan raga obyek didik dengan bahan-bahan materi tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran Islam.[7] Sementara itu, Ahmad D. Marimba mendefenisikan pendidikan Islam dengan bimbingan jasmani-rohani, berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.[8]
Dipahami dari pengertian dasar di atas bahwa pada dasarnya pendidikan Agama Islam adalah suatu proses pembentukan individu berdasarkan ajaran-ajaran Agama Islam. Melalui proses pendidikan  seperti itu individu dibentuk agar dapat mencapai derajat yang tinggi supaya ia mampu menunaikan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi, dan berhasil mewujudkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Oleh karena itu, pendidikan Agama Islam memadukan Pendidikan  iman dan pendidikan  amal sekaligus membentuk kepribadian muslim yang tangguh, baik secara individual maupun secara kolektif.
Dalam kaitannya dengan hal tersebut, menurut Zakiah Darajat bahwa pendidikan agama (Islam) adalah pendidikan  dengan melalui ajaran-ajaran agama, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya ia dapat memahami dan mengamalkan ajaran agamanya serta menjadikannya way of life demi mencapai keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat.[9] Sementara itu, pendapat lain mengatakan bahwa pendidikan agama (Islam)  adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati ajaran agama melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan-latihan dengan memperhatikan tuntutan dan kebutuhan untuk menghormati hubungan antar umat beragama dalam masyarakat demi terwujudnya persatuan nasional.[10]
Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang pendidikan  nasional dinyatakan bahwa pendidikan  agama merupakan usaha untuk meperkuat iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan dengan meperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain demi terciptanya persatuan nasional. Dengan demikian, pendidikan  agama pada dasarnya adalah pembinaan dan bimbingan terhadap generasi agar menjadi manusia yang mengamalkan ajaran agamanya.[11]
Sekaitan dengan hal tersebut, pendidikan  Islam pada dasarnya adalah upaya yang dilakukan oleh individu atau kelompok sebagai suatu tangung jawab. Secara teoritis praktis pendidikan  agama merupakan usaha untuk membentuk dan membina insan-insan kamil yang sadar akan tugas dan eksistensi serta tujuannya sebagai makhluk (manusia) yang diberi tugas untuk menjadi khalifah fi al-ardi, sehingga pada gilirannya segala tindakannya dan tingkah lakunya mencerminkan aplikasi ajaran-ajaran agama.
Dalam konteks tersebut, pendidikan  Agama (Islam) merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dengan membimbing, mengasuh peserta didik agar dapat meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pendidikan  Agama Islam merupakan pendidikan  yang sangat ideal, karena pendidikan  agama  menyeimbangkan antara pertumbuhan fisik dan mental ruhani, pengembangan individu dan masyarakat, serta kebahagian dunia dan akhirat.
Pendidikan Islam telah didefenisikan secara berbeda-beda oleh orang yang berlainan sesuai dengan pendapatnya masing-masing. Tetapi semua pendapat itu bertemu dalam pandangan bahwa “pendidikan adalah suatu proses di mana suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien. Karena itu pendidikan lebih dari sekedar pengajaran karena dalam kenyataannya, pendidikan adalah suatu proses di mana suatu bangsa atau negara membina dan mengembangkan kesadaran diri di antara individu-individu. Dengan kesadaran tersebut, suatu bangsa atau negara mewariskan kekayaan budaya atau pemikiran kepada generasi berikutnya. Sehinga menjadi inspirasi bagi mereka dalam setiap aspek kehidupan.[12]
Secara terminologis menurut al-Nahlawi bahwa pendidikan Islam adalah pengaturan pribadi dan masyarakat yang karenanya dapatlah memeluk Islam secara logis dan sesuai secara keseluruhan baik dalam kehidupan individu maupun kolektif.[13] Sementara Yusuf al-Qardhawi memberi pengertian pendidikan Islam sebagai Pendidikan  manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya.[14] Pengertian yang senada dikemukakan oleh Mustafa al-Gulayaini bahwa pendidikan Islam adalah menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air petunjuk dan nasehat, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan meresap dalam jiwanya kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah air.[15]
Sedangkan secara teknis Endang Syaifuddin Anshori memberikan pengertian bahwa pendidikan Islam adalah proses bimbingan (pimpinan, tuntunan, usulan) oleh obyek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuisi dan lain-lain) dan raga obyek didik dengan bahan-bahan materi tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu diserta evaluasi sesuai dengan ajaran Islam.[16]
Sementara itu Ahmad D. Marimba mendefenisikan pendidikan Islam dengan bimbingan jasmani-rohani, berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.[17]
Dipahami dari pengertian dasar di atas, bahwa pada dasarnya pendidikan Islam adalah suatu proses pembentukan individu berdasarkan ajaran-ajaran Islam yang diwahyukan Allah kepada Muhammad. Melalui proses pendidikan  seperti itu individu dibentuk agar dapat mencapai derajat yang tinggi supaya ia mampu menunaikan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi, dan berhasil mewujudkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Oleh karena itu, pendidikan Islam memadukan pendidikan  iman dan pendidikan  amal sekaligus yang bertujuan untuk membentuk kepribadian muslim yang tangguh, baik secara individual maupun secara kolektif.                   Dengan demikian, istilah pendidikan Islam berdasarkan butir-butir ajaran agama Islam yang menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah suatu usaha untuk mengembangkan fitrah manusia dengan ajaran agama Islam agar terwujud kehidupan manusia yang makmur dan bahagia.[18] Olehnya itu, syariat Islam tidak akan dihayati dan diamalkan orang kalau hanya diajarkan, tetapi harus dididik melalui proses pendidikan, karena pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga praktis karena ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal shaleh, oleh karena itu pendidikan Islam juga merupakan pendidikan iman dan pendidikan amal.
Selanjutnya Hasan Langgulung memberikan pengertian bahwa pendidikan Islam adalah proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.[19]
Ungkapan senada juga dikemukakan oleh Naquib al- Attas bahwa pendidikan Islam adalah upaya yang dilakukan pendidikan terhadap anak didik untuk pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang benar dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan akan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian.[20]
Dari uraian tersebut di atas, diambil kesimpulan bahwa para ahli didik berbeda pendapat mengenai rumusan pendidikan Islam. Ada yang menitikberatkan pada segi pembentukan, akhlak, ada pula yang menuntut kepribadian muslim dan lain-lain. Namun dari perbedaan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan yang dilakukan orang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhannya agar si terdidik memiliki kepribadian muslim.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam mempunyai ciri-ciri tersendiir, sebagaimana yang diutarakan oleh Drs. Berlian Samad, bahwa pendidikan Islam mempunyai dua macam visi khas, yaitu :
1.      tujuannya membentuk individu menjadi bercorak diri tertinggi menurut ukuran Allah.
2.      Isi pendidikannya : ajaran Allah yang tercantum dengan lengkap di dalam al-qur'an yang peranannya ke dalam praktek hidup sehari-hari, dicontohkan oleh Muhammad Rasulillah.[21]



[1] Lihat, Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam (Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 25
[2] Lihat, Abd. Rahman al-Nahlawi, al-Tabiyah al-Islamiyah Wa Asalibuha Fi al-Bait Wa al-Madrasah Wa al-Mujtama’, alih bahasa Shihabuddin dengan Judul; Pendidikan Islam di Rumah, di Sekolah dan di Masyarakat (Cet. II; Jakarta: Gema Insan Press, 1996), h. 20
[3] Lihat, Ibid., h. 21
[4] Lihat, Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (Cet. II; Bandung : Pustaka Setia, 1998), h. 9
[5] Lihat, Yusuf al-Qardhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan al-Banna, alih bahasa Bustani A. Gani dan Zainal Abidin Ahmad (Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, 1980),    h. 39
[6] Lihat, Nur Uhbiyati, Op.cit., h. 10
[7] Lihat, Endang Syaifuddin Anshori, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Islam (Cet. I; Jakarta: Usaha Interprises, 1976), h. 85
[8] Lihat, Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Cet. I; Bandung: al-Ma’arif, 1980), h. 23
[9] Lihat, Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam (Cet. I; Jakarta : Bumi Aksara, 1992), h. 86
[10] Ditbinpaisun, Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum/ GBPP Pendidikan  Agama Islam Sekolah Menengah Umum Tahun 1994 (Jakarta: Binbaga IslamDepag. RI, 1994/1995), h. 1
[11] Lihat, Ibid., h. 2
[12] Lihat, Azyumardi Azra, Esei-Esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam (Cet. I; Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1998), h. 3
[13] Lihat, Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (Cet. II; Bandung : Pustaka Setia, 1998), h. 9
[14] Lihat, Yusuf al-Qardhawi, Tarbiyah al-Islam Wa Madrasah Hasan al-Banna, alih bahasa Bustani A. Gani dan Zainal Abidin Ahmad  : Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan al-Banna, (Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, 1980), h. 39
[15] Lihat, Nur Uhbiyati, Op.cit., h. 10
[16] Lihat, Endang Syaifuddin Anshori, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Islam (Cet. I; Jakarta: Usaha Interprises, 1976), h. 85
[17] Lihat, Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Cet. I; Bandung: al-Ma’arif, 1980), h. 23
[18] Lihat, Nur Uhbiyati, Op.cit., h. 12
[19] Lihat, Azyumardi Azra, Op.cit., h. 5
[20] Lihat, Nur Uhbiyati, Op.cit., h. 10
[21] Berlian Samad, Beberapa Persoalan dalam Pendidikan Islam, Cet.I (Bandung; PT, Al-Ma'arif, 1981), h. 221   

PENGERTIAN PENDIDIKAN




Pendidikan merupakan usaha untuk menambah kecakapan, keterampilan, pengertian dan sikap seseorang melalui belajar dan pengalaman yang diperlukan untuk memungkinkan ia mempertahankan dan melangsungkan hidup serta untuk mencapai tujuan hidupnya. Usaha ini terdapat baik dalam masyarakat yang terkebelakang maupun masyarakat yang maju.[1] Oleh karena itu, dalam kenyataannya pengertian atau definisi tentang pendidikan berbeda-beda.
Secara terminologis pendidikan mempunyai beberapa pengertian. Dalam Ensiklopedia Indonesia ditemukan pengertian pendidikan  yaitu proses membimbing manusia dari kegelapan kebodohan kepada kecerahan pengetahuan.[2] Hassan Langgulung mengemukakan bahwa dalam arti luas pendidikan  bermakna mengubah dan memindahkan nilai kebudayaan kepada setiap individu dalam masyarakat.[3] Selanjutnya beliau mengemukakan bahwa pendidikan  adalah proses yang mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan untuk menciptakan pola-pola tingkah laku tertentu pada anak-anak atau orang yang sedang dididik.[4]
Sementara itu Muhammad Rasyid Ridha mengemukakan yang dikutip oleh Mappanganro bahwa pendidikan  adalah bimbingan daya manusia baik jasmaniah, akliah, maupun rohaniah dengan apa yang dapat menjadikannya tumbuh dan berkembang serta bergerak sehingga sampai pada kesempurnaan diri sendiri. Dalam hal ini, pendidikan berbeda dengan pengajaran, karena pengajaran adalah mengajarkan ilmu yang dapat membantu pendidikan  atas penyempurnaan manusia atau dalam istilah lain pengajaran  adalah pemberian ilmu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa  pengajaran merupakan bagian dari proses pendidikan.
Pengertian pendidikan  yang dikemukakan di atas, dapat bermakna deskriptif dan normatif. Secara deskriptif, pendidikan  menggambarkan bagaimana proses pendidikan  itu terjadi atau terlaksana dalam rangka mencapai tujuan yang dikehendaki. Sedangkan secara normatif mengungkapkan tujuan apa yang ingin dicapai dalam proses pendidikan  itu. Oleh karena itu, pengertian normatif menggambarkan ketergantungan kepada nilai-nilai yang telah ditentukan terlebih dahulu dan yang harus dicapai. Akan tetapi, adapula yang mencakup keduanya seperti yang dikemukakan oleh Rasyid Ridha yang dilansir oleh Mappanganro bahwa pengertian dan pendefenisiannya tergantung dari waktu dan tempat serta dari pandangan hidup, konsep pemikiran atau prinsip-prinsip yang dianut oleh individu, masyarakat dan negara yang bersangkutan.[5]
Selain itu, terdapat pula beberapa pengertian yang dikemukakan oleh pakar-pakara pendidikan lainnya, yiatu:
1.      Menurut Azyumardi Azra, pendidikan  adalah suatu proses di mana suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efesien.[6]
2.      Menurut John Dewey bahwa pendidikan  adalah proses pembentukan kecakapan fundamental, secara intelektual dan emosional, ke arah alam sesama manusia.[7]
3.      Menurut Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan pada umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intellect) dan jasmani anak-anak, selaras dengan alam dan masyarakatnya.[8]
Dengan demikian, pendidikan  lebih dari pada sekedar pengajaran, karena dalam kenyataannya pendidikan  adalah proses di mana suatu bangsa atau negara membina dan mengembangkan kesadaran diri di antara individu-individu. Dengan kesadaran yang ada, suatu bangsa atau negara dapat mewariskan khazanah intelektual, kekayaan budaya, dan pemikiran-pemikiran kepada generasi berikutnya, sehingga pada gilirannya menjadi inspirasi bagi mereka dalam setiap aspek kehidupan. Itu berarti pendidikan  benar-benar merupakan latihan fisik, mental dan moral bagi individu-individu, supaya menjadi manusia yang berbudaya (baca; berpengetahuan). Orang-orang terdidik mampu memenuhi dan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai manusia dan warga negara yang bermanfaat bagi negara atau bangsanya.


[1] Mappanganro, Implementasi Pendidikan Islam di Sekolah (Cet. I; Ujung Pandang: Yayasan Ahkam, 1996), h. 9
[2] Lihat, Hassan Shadily, Ensiklopedia Indonesia 5 (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1983), h. 2626
[3] Lihat, Hassan Langgulung, Pendidikan  dan Peradaban Islam (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1985), h. 3
[4] Lihat, Hassan Langgulung,  Manusia dan Pendidikan (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1986),   h. 32
[5] Lihat, Mappanganro, op.cit., h. 10
[6] Lihat, Azyumardi Azra, Esei-Esei Intelktual Muslim dan Pendidikan Islam (Cet. I; Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1998), h. 3
[7] Khurshid Ahmad, Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam, alih bahasa M. Hashem, (Cet. I: Bandung: t. tp., 1958), h. 9, lihat Pula, Azyumardi Azra, op.cit., h. 4
[8] Lihat, Ibid